Republik Rakyat Tiongkok atau Republik Rakyat China (RRC) adalah sebuah negara Asia Timur yang ibukotanya adalah Beijing. RRC terkenal dengan industrinya yang sangat maju dan juga sebagai negara yang jumlah penduduknya terbanyak di dunia (kurang lebih 1,4 miliar). Dalam dunia diplomasi (hubungan antar beberapa negara), China sangat aktif termasuk terhadap negara ASEAN seperti Indonesia.Â
Posisi Indonesia yang sangat strategis membuat negara-negara investor melirik Indonesia sebagai salah satu mitra yang dapat memperkuat perekonomian negara-negara tersebut. Menurut World Bank pada tahun 2018, Republik Rakyat China, dari aspek ekonomi berada pada urutan kedua di dunia dengan indikator GDP sebesar US$ 13.608.152 millions setelah Amerika Serikat US$ 20.494.100 millions.Â
Republik Rakyat China memiliki program yang sangat besar dan ambisius bernama BRI (Belt and Road Initiative) atau Silk Road. Berdasarkan alur maupun jalan BRI atau Silk Road, Indonesia dipandang sebagai mitra yang dapat mendukung program dari negara RRC tersebut. Berdasarkan visi dan misi Silk Road tersebut adalah akan menghubungkan negara-negara yang dilewati tersebut melalu skema investasi.Â
Berdasarkan hal tersebut, posisi Indonesia dalam hal ini selain meningkatkan perekonomian harus bekerjasama dengan China dalam rangka meminimalisir dampak-dampak yang akan diakibatkan seperti dampak lingkungan yang disebabkan oleh program Silk Road tersebut.Â
Kehebatan China juga adalah banyaknya produk mereka yang beredar di dunia. Tak heran di banyak negara didunia ini sangat mudah menemukan barang yang buatan China jika misalnya kita umpamakan barang yang dipakai oleh manusia,dari tubuh manusia dapat dipastikan dari ujung rambut dan kaki dapat  pasti ada buatan China. Pengalaman penulis saat kuliah magister (S2) di Korea Selatan, sangat sering melihat barang atau produk buatan China.Â
Saya kadang bingung jika pulang ke tanah air membeli oleh-oleh khas Korea Selatan kita sebut saja "Daiso", ketika hendak membeli barang tersebut, saya check detail ternyata kebanyakan adalah buatan China sehingga saya kadang harus lebih ekstra mencari yang benar-benar buatan khas Korea Selatan, seperti gantungan kunci, miniatur Korea Selatan, dll untuk dibawa sebagai oleh-oleh kepada keluarga.Â
Di tanah air, hubungan RRC atau China dengan Indonesia dapat dikategorikan kadang mesra dan tidak mesra. Politisasi sering ditujukan kepada negara China terlebih jika mengenai TKA (Tenaga Kerja Asing), investasi, pembuatan jalan dan rel kereta api dan lain-lain.Â
Terkadang miris juga melihat politisasi tersebut jika tidak disertai dengan data yang benar dan valid, jika berdasarkan data yang ada, investasi negara RRC bukanlah yang terbesar di Indonesia. Â Sengaja mengambil judul tulisan ini " Ada Apa Dengan Bantuan China"? mengingat politisasi bantuan China di Indonesia sangat tinggi.Â
Tulisan ini kebetulan adalah tugas makalah dengan sedikit revisi yang diberikan dosen kepada kami (saya dan teman saya) saat mengambil mata kuliah Isu-Isu Internasional.Â
Tidak dapat dipungkiri berdasarkan literatur yang kami peroleh bahwa RRC atau China adalah negara yang sangat aktif dalam dunia internasional termasuk dalam pemberian bantuan (donor). Ekonomi RRC pada tahun 2018 adalah surplus dimana export lebih besar daripada import, berdasarkan data yang ada, export China berada dikisaran 2.238.699 (million US$) dan import adalah 1.844.183 (million US$). \
Kembali ke topik Bantuan Luar Negeri China (China's foreign aid) berdasarkan data AidData Center for Global Development, Bantuan China kebanyakan dibelanjakan atau diinvestasikan ke Benua Afrika sebesar 51,8 % (dominasi), Asia sebesar 30,5 %, Amerika Latin dan the Karibia sebesar 8,4 %, Oceania sebesar 4,2 %, lainnya sebesar 3,4 % dan Eropa 1,7 %.Â
Kasus di Benua Afrika, rata-rata hampir 70 % dana yang diinvestasikan oleh China adalah fokus kepada infrastruktur ekonomi sedangkan Amerika Serikat menginvestasikan 70 % pada sektor kesehatan (Cho Whan-Bok, 2019). Data diatas sangat jelas bahwa China sangat fokus kepada infrastruktur di Afrika bahkan di Indonesia juga.
Bantuan China terdiri dari beberapa jenis, hal ini dapat dilihat dan akan dirincikan beberapa jenis, seperti bantuan meningkatkan mata pencaharian rakyat, seperti: mempromosikan pengembangan pertanian, meningkatkan pendidikan: pelatihan, beasiswa, dll, membangun fasilitas kesejahteraan publik: perumahan, pasokan air, dll, bantuan kemanusiaan: gempa bumi, banjir dan lain-lain.Â
Jenis bantuan lainnya adalah fokus kepada pembangunan ekonomi dan sosial, seperti: meningkatkan infrastruktur: jalan, jembatan, bandara, pelabuhan,dll, Penguatan pengembangan kapasitas: kerjasama teknis, seminar, Promosi pengembangan perdagangan: donasi, kapasistas produksi, ekspor dll,Â
Meningkatkan perlindungan terhadap lingkungan: energi bersih, dll. China juga sangat aktif dalam bantuan asing dibawah mekanisme kerjasama regional seperti: ASEAN, negara Arab, dll.
Salah satu kritik dari bantuan dari China adalah ketergantungan akan hutang. Ketergantungan ini menurut saya sebagai kritik yang positif yang harus didengarkan oleh pemerintah kita mengingat sudah adanya contoh dari negara tetangga akan hal ini.Â
Menurut saya jika ini dipolitisasi untuk hal perbaikan dan diperhatikan sangat baik dan wajar untuk mencegah kehancuran negara kita kedepannya. Kasus yang sangat terkenal terhadap ketergantungan bantuan China adalah Negara Sri Lanka terutama pada proyek: Sri Lanka-China Hambantota Port (pelabuhan) yang didanai oleh pinjaman China.
Pada kasus ini, Sri Lanka tidak mampu membayar hutangnya sehingga RRC diberikan sewa pelabuhan selama 99 tahun sebagai cara merestrukturisasi hutang. Dapat kita bayangkan jika aset negara yang sangat prospektif dalam menjalankan roda ekonomi dan pertahanan seperti pelabuhan dikuasai oleh negara luar dan akan berpotensi melemahkan ketahanan negara dan ekonomi negara itu juga.Â
Kita berharap pemimpin negara kita agar lebih arif dan bijaksana untuk mencegah terjadinya kasus ketergantungan Sri Lanka terhadap hutang dari China.
Masukan berupa rekomendasi kepada pemimpin negara kita terhadap bantuan hutang dari China adalah: Pemerintah Republik Indonesia harus memastikan bahwa industri lokal terlindungi dari impor Cina yang murah (menghindari pengusaha dalam negeri).Â
Pemerintah Republik Indonesia juga harus memastikan bahwa mereka mendiversifikasi mitra dagang mereka sehingga setiap perlambatan dalam pertumbuhan ekonomi RRC tidak akan menghambat pertumbuhan Negara.Â
Selain hal diatas, perusahaan China juga harus mematuhi hukum dan peraturan setempat terutama yang berlaku di Republik Indonesia. Pemerintah Republik Indonesia harus memastikan saran tersebut untuk melindungi negeri ini dari praktik bisnis atau perdagangan yang tidak adil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H