Dengan menahan sakit sambil meringis dia menjawab “Jualan koran dan tisu sudah tidak lagi bisa diandalkan untuk kebutuhan hidup, Bang ! Ditambah Warteg Bapak-Ibu sudah bangkrut karena jarang ada yang beli, karena pintu itu gak dibuka-buka sama kampus ini, Bang ! Kalau nyopet, hasilnya lumayan Bang, lagian gampang dan juga temen-temen abang ‘kan kaya-kaya tuh liat aja mobilnya banyak banget di parkiran masjid.”
Aku tidak menanggapi ceritanya. Ada sesuatu yang membuatku tak bisa bicara. Sesuatu yang aku pikirkan dari dulu. Aku jadi teringat sebuah komentar di Facebook-ku dari seorang junior di kampus.
“Ya memang orang jahat ada dimana aja dan bisa dalam kondisi kapan aja..
tapi kalau sudah sampai masyarakat sekitar yg melakukan tindak kriminal itu dan ini sudah terjadi terus menerus dan dilakukan juga oleh masyarakat sekitar, terlepas dari apakah adanya sindikat penjahat ataupun tidak, maka bisa jadi disebabkan kampus ini tidak memberikan manfaat apapun bagi masyarakat sekitar dan akhirnya masyarakat cenderung melakukan tindak kriminal di kampus ini agar mendapatkan keuntungan bagi mereka....”[1]
Sementara matahari masih memanggang di sore hari. Angin bertiup lembut, seperti ingin menyanyikan nyanyian keceriaan yang biasa Musta’ribah nyanyikan...Atau bahkan seperti lagu “Kampus Depok” yang dinyanyikan Slank
Banyak Orang Bicara Tentang Kebebasan
Banyak Orang Bicara Tentang Keyakinan
dan Banyak Orang Bicara Tentang Keadilan
Banyak Orang Bicara Tentang Perubahan
Pok Pok Pok Pok Prorok Pok
Pap Pap Pap Pap Pariya Riye
Semuanya Cuma Dalam Bisikan
Semuanya Cuma Tutup Mata Saja
Semuanya Nggak Berbuat Apa-apa[2]
*Depok, 31 Agustus 2010/ 21 Ramadhan 1431 Hijriyah
**Tepat sudah tiga bulan pintu barel ditutup
[1] Komentar dari Ali Abdillah FH 2009
[2]Kutipan lirik“Kampus Depok” oleh Slank