Bagi penikmat sejarah seperti saya, berbagai mode digunakan untuk melakukan rekonstruksi kejadian di masa lampau. Mulai dari tayangan video di youtube, jurnal, buku, sampai novel. Bisa dibilang novel merupakan sarana alternatif yang bisa digunakan untuk memandang suatu persoalan di masa lampau tanpa mesti menggunakan sudut pandang hitam-putih.
Keberadaan novel tersebut membuka cakrawala berpikir kita dengan seolah-olah turut serta ikut mengalami suatu kejadian sejarah tersebut. Selain itu, novel juga menggunakan bahasa yang renyah serta mengalir sehingga lebih gampang dipahami tanpa mesti berhadapan dengan bahasa yang terasa kaku dan berat dalam menjelaskan sudut pandang mengenai suatu kejadian.Â
Untuk itu saya merekomendasikan beberapa novel yang membuka cakrawala berpikir kita mengenai kejadian sejarah yang pernah terjadi di Indonesia.
1. Tetralogi Pulau Buru
Tetralogi pulau buru merupakan kwartet novel karya Pramoedya Ananta Toer. Bahkan, keempat novel tersebut sudah diterjemahkan ke dalam puluhan bahasa dunia.Â
Tercatat pula sampai kini, beliaulah satu-satunya penulis asal Indonesia yang pernah dicalonkan sebagai calon penerima nobel bidang sastra. Dan yang membuatnya lebih hebat lagi, sesuai dengan judulnya tersebut, keempat novel itu: Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca dituliskannya sewaktu berada di kamp pengasingan di Pulau Buru, wilayah yang terpencil di bagian timur Indonesia. Novel ini mengisahkan kisah hidup Raden Tirto hingga akhirnya dibuang Belanda karena dituduh melakukan agitasi melawan Belanda.
Menariknya novel ini mengisahkan sosok Raden Tirto yang notabene kurang dikenal oleh masyarakat umum Indonesia sebab yang bersangkutan kisah hidupnya seolah ditenggelamkan oleh Orde Baru meski Tirto mempunyai andil besar dalam mendirikan dasar-dasar jurnalistik di Indonesia. Dengan membaca kwartet novel itu kita dapat mengetahui jatuh-bangun yang dialami oleh Tirto saat menyuarakan penderitaan masyarakat pribumi.
2. Pulang
Novel yang berjudul Pulang ini adalah novel karya Leila S. Chudori. Novel ini menceritakan kondisi orang-orang yang dicap komunis sesudah peristiwa G-30 September, utamanya mengambil sorot terhadap para masyarakat Indonesia yang sedang berada di luar negeri sewaktu peristiwa G30 September itu terjadi. Akibat cap komunis yang distempelkan membuat mereka kehilangan kewarganegaraannya, sehingga hidup mereka terkatung-katung di luar negeri. Diskriminasi yang dilakukan negara pada mereka juga diceritakan meski mereka yang menjadi tokoh sudah dicabut kewarganegaraannya.
Selain itu, novel ini juga menceritakan peristiwa-peristiwa yang terjadi menjelang masa reformasi bergulir. Membaca novel ini seakan turut membawa pembaca seakan menjadi korban diskriminasi negara kala itu, sehingga kita dapat memahami penderitaan orang yang distigma komunis di kalangan masyarakat maupun aparat.
3. Kuantar Engkau Ke Gerbang
Novel yang berjudul Kuantar Engkau ke Gerbang adalah karangan Ramadhan K.H. Beliau dikenal sebagai seorang yang sering menulis biografi para pejabat mulai dari mantan Kapolri Hoegeng, Soemitro, Alex kawilarang, sampai autobiografi Presiden Soeharto.Â