Mohon tunggu...
Johan G.M Pardede
Johan G.M Pardede Mohon Tunggu... Lainnya - Asliii

Selalu memandang masalah secara objektif

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Seruan Pendeta

20 Juni 2020   11:20 Diperbarui: 20 Juni 2020   11:42 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Dasar tidak tahu diri. Aku selalu memberi uang lebih kepada karyawanku agar mereka sejahtera" kata bosku sambil memelototiku.

Tanpa pikir panjang segera kupecahkan vas bunga yang di meja ke kepalanya. "Daaaarrr" terdengar suara pecahan vas bunga. Kulihat darah berceceran dan bosku terjatuh. Melihat itu aku merasa ketakutan. Sontak karyawan berdatangan menuju suara asal pecahan teesebut dan melihat bosku tergeletak. Mereka segera mengiringku ke kantor polisi.

Di penjara bukannya bertobat. Malah ini kurasa sebagai sebuah markas. Aku mulai berkenalan dengan beraneka penjahat di sana. Ternyata penjara tidak akan mengubah karakter seseorang pikirku saat itu. Di situ aku berteman dekat dengan Joni seorang narapidana kasus penjambretan.

"Gar sehabis bebas dari sini, ayo kerja bersamaku" kata Joni padaku.

Segera kuiiyakan ajakannya. Lamban laun aku mulai dekat juga sama tahanan lainnya. Hampir tiap hari kami bercanda dan menertawai kasus kejahatan kami.

Aku dan Joni akhirnya bebas. Meskipun dia pertama bebas beberapa bulan dariku. Kemudian kamipun tinggal bersama di kontrakannya. Di situ kami pun berencana untuk merencanakan perampokan di trotoar. Target kami ialah, mereka yang lemah yaitu wanita.

Tepat di malam yang sudah kami rencanakan kami memulai aksi. Melihat seorang gadis yang sendirian, tanpa pikir panjang aku segera merampas tasnya dan Joni yang bersiap-siap di atas motor menjemputku.

"Ini jarahan kita yang ketiga" kataku kepada Joni yang membawa motor dengan kencang. Joni tidak menyahut malah tertawa. Lamban laun kami memiliki uang yang melimpah. Segera kami melakukan hal yang menurut kami keren. Tak luput pula kami membuat tato di lengan dan punggung kami.

Aku merasa sangat perkasa sesudah mendapatkan tato tersebut. Demikian juga Joni. Lalu kamipun kembali larut ke dunia malam. Selain mencopet kami memiliki kerja sampingan sebagai tenaga penjaga keamanan di sana. Itu semua berkat jejaring luas Joni. Aku perlahan dikenal dan mulai mempunyai pengaruh di sana.

Hingga suatu waktu polisi menggerebek tempat kami. Narkoba yang berserak di sana lantas segera menjadi barang bukti mereka. Melihat polisi yang berdatangan segera para pengunjung berlarian. Tapi bukan Joni kalau tidak bernyali.

"Polisi sialan" umpat Joni kepada polisi. Polisi seakan mengabaikan umpatannya hingga beberapa saat kemudian terdengar suara tembakan. "Dorr" peluru keluar dari temanku sesama penjaga keamannan. Aku tersentak kaget dan polisi juga tidak menduga mendapat perlawanan. Baku tembak pun terjadi. Dan Joni terkena tembakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun