Mohon tunggu...
Y. P.
Y. P. Mohon Tunggu... Sales - #JanganLupaBahagia

Apabila ada hal yang kurang berkenan saya mohon maaf, saya hanya orang biasa yg bisa salah. Semoga kita semua diberikan kesehatan dan kesejahteraan. Aamiin.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tantangan Berat Bisnis TV Berlangganan di Era Millennial

3 Agustus 2019   10:19 Diperbarui: 3 Agustus 2019   10:21 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Channel TV Premium - Kontan / Daniel Prabowo

Beberapa hari yang lalu saya mendapatkan pesan whatsApp dari nomor yang tidak dikenal. Dia menawarkan kepada saya untuk menambah Rp 60.000 saja untuk mendapatkan tambahan layanan TV berlangganan dari paket internet rumahan yang saya ambil. 

Setidaknya ditawarkan 92 channel TV yang bisa saya nikmati dengan tambahan fitur seperti karaoke, playback, pause, rewind dan lain lain.

Meskipun biaya tambahannya cukup murah, akhirnya tawaran itu segera saya tolak. Mengapa hal itu saya lakukan? Beberapa pertimbangannya adalah bahwa saya dan keluarga jarang sekali menonton TV. 

Paling paling hanya nonton berita di pagi dan malam hari. Selebihnya kadang nonton langsung di TV, kalau tidak sempat nonton talkshow seperti Mata Najwa atau Kick Andy kami pasti cari siaran ulangnya di Youtube.

Jadi sebenarnya untuk generasi millennial seperti saya yang sudah bekerja dan berkeluarga, justru koneksi internet lah yang lebih dibutuhkan dibandingkan dengan TV berlangganan. 

Bahkan lebih jauh istri saya yang penggemar drama korea pun hanya menggunakan aplikasi di smartphone untuk menonton drama korea. Bila dirasa kurang puas karena layar smartphone yang kecil, dia bisa menyambungkan smartphonenya di smart TV sehingga lebih puas melihat drama korea di layar 43 inchi di rumah.

Ketika saya mendengar kabar bahwa PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) berencana akan menghentikan operasional layanan TV berbayar dari Nexmedia per tanggal 1 September 2019, tentu hal itu bukanlah sesuatu yang mengejutkan bagi saya. Pertanyaan saya adalah, apakah yang tontonan yang menarik atau terkenal di TV berbayar itu tidak ada di internet? Jawabannya pasti ada.

Ambil contoh serial Game of Throne yang berakhir di season 8 kemarin. Ada banyak sekali website yang menyediakan konten GOT lengkap dengan terjemahan bahasa Indonesia di internet. Bahkan bisa di download gratis. 

Apabila koneksi internet tidak stabil, warganet bisa mengunduh via aplikasi torrent. Keunggulannya bila koneksi tiba-tiba putus, download masih bisa kembali dilanjutkan ketika sudah kembali online tanpa harus mengulang dari awal.

Bagaimana dengan Indovision?

Pada kenyataannya bisnis anak perusahaan MNC Group ini juga mengalami penyusutan pendapatan. Tahun 2016 penjualan MNC Sky adalah sebesar Rp 3 triliun. Kemudian tahun 2017 turun menjadi Rp 2,65 triliun. 

Terakhir pada tahun 2018 trend penerunan masih terjadi, MNC Sky hanya mampu meraup penjualan sebesar Rp 2,58 triliun saja. Indovision relatif lebih kuat bertahan karena ditopang oleh 3 hal.

Yang pertama mereka adalah pemegang marker share terbesar di bisnis ini. Kedua induk usaha mereka yaitu MNC Group mampu mencatatkan laba positif, pertengahan tahun ini sudah meraup laba Rp 1,22 Triliun sedang pertengahan tahun sebelumnya hanya Rp 703 Milyar saja. Faktor yang ketiga kemungkinan besar basis pelanggan mereka masih didominasi oleh gen X yang secara psikologis cenderung lebih loyal dibandingkan dengan millennials.

Pelajaran apa yang bisa kita dapat dari perisitwa ini? Sebelum terjun dalam bisnis, pelajari terlebih dahulu market yang ada incar. Semakin dalam anda memahami target market anda, semakin baik rancangan bisnis yang akan ada buat. Jangan sampai bisnis yang ada bangun hanya bagus diatas kertas tapi tidak terserap di pasaran karena tidak tepat sasaran atau terlambat waktu. Terlambat untuk merebut pangsa pasar gen x, tidak tepat untuk dijual di gen Y atau millennials. - JPamZ -

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun