Dilansir dari kanal berita cnnphilippines.com, Presiden terpilih Filipina Rodrigo Duterte dikabarkan akan melakukan kunjungan ke Israel pada tanggal 2-5 September 2018 mendatang. Jika rencana ini benar dilaksanakan maka akan menjadi sejarah baru hubungan diplomatik antara Israel dan Filipina.Â
Hubungan diplomatik antara Israel dan Filipina sudah berlangsung sejak tahun 1957. Namun sejak saat itu belum pernah sekalipun presiden Filipina melakukan kunjungan ke Negara berlogo bintang Daud tersebut.
Berdasarkan keterangan dari pihak otoritas Filipina kunjungan ini diagendakan akan mempertemukan Duterte dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Nethanyahu.Â
Pokok pembicaraan yang akan berlangsung adalah membahas tentang isu-isu terkini dan juga peningkatan hubungan bilateral dalam bidang ketenagakerjaan, pariwisata, perdagangan, agrikultur, kontra terorisme, serta penegakan hukum dan keamanan.
Ratusan senjata sejenis telah dibeli dari Israel dan dipergunakan oleh Polisi Anti Narkoba di Filipina. Setelah sebelumnya Amerika Serikat menahan penjualan 26.000 pucuk senjata kepada Filipina terkait isu HAM disana.
Perusahaan Israel juga menjual peralatan canggih "thermal imaging system" yang membantu militer Filipina dalam memerangi kelompok militan di bagian selatan negara tersebut. Hasilnya pimpinan kelompok militan berafiliasi dengan ISIS disana tewas dalam serangan yang dilancarkan oleh militer Filipina berkat bantuan peralatan canggih tersebut.
Duterte Mulai Kritik China
Diduga karena kesal dengan perilaku China, Presiden Duterte menyampaikan kritikan publik kepada China. Pernyataan resmi dari Presiden Duterte terkait wilayah udara di laut China Selatan disampaikan dalam pertemuan dengan tamu undangan yang juga dihadiri duta besar Amerika Serikat.Â
Pernyataan kritikan publik kepada China tersebut lebih tepatnya mengenai wilayah udara di atas pulau buatan yang dibuat oleh China.
"Anda tidak bisa membuat sebuah pulau, buatan manusia, kemudian mengatakan bahwa wilayah udara di atasnya adalah milik Anda." "Itu salah karena perairan itu adalah apa yang kita sebut sebagai wilayah laut internasional," kata Duterte, Selasa (14/8/2018). (Sumber)
Dua minggu sebelumnya Filipina merasa tersinggung atas perilaku China yang melarang kapal dan pesawat Filipina mendekati pulau-pulau buatan China. Peristiwa itu terjadi saat pesawat militer Filipina yang tengah berpatroli di dekat pulau buatan di kepulauan Spratly.
Mereka menerima setidaknya 46 kali peringatan dari radio China selama paruh waktu kedua tahun lalu. Peringatan itu tidak berhenti bahkan hingga Januari 2018 yang lalu, pesawat angkatan udara Filipina saat berpatroli di dekat pulau yang dikuasai China juga menerima pesan radio bernada sangat ofensif.
Mungkinkah ini momentum Filipina untuk kembali merapat ke koalisi Amerika Serikat melalui Israel? Mungkinkah Duterte ingin membeli peralatan militer canggih lainnya dari Israel agar tidak dianggap remeh oleh China?Â
Banyak spekulasi yang muncul dari peristiwa ini. Namun secara politik dalam negeri bisa saja Duterte mencoba memenangkan hati rakyatnya dengan merapat ke Israel.
Untuk diketahui saja, banyak rakyat Filipina yang menjadi pendukung negara Yahudi di timur tengah tersebut. Agar pada pemilu mendatang dia bisa mendulang suara dari rakyat Filipina yang pro-Israel.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H