Mohon tunggu...
Y. P.
Y. P. Mohon Tunggu... Sales - #JanganLupaBahagia

Apabila ada hal yang kurang berkenan saya mohon maaf, saya hanya orang biasa yg bisa salah. Semoga kita semua diberikan kesehatan dan kesejahteraan. Aamiin.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Sedotan Plastik, Dulu Kawan Kini Dilawan

9 Juli 2018   21:33 Diperbarui: 11 Juli 2018   01:30 3037
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sedotan Plastik | standard.co.uk

Bulan puasa kemarin saya bersama istri mencari makan malam keluar rumah. Istri saya sedang tidak memasak hari itu. Kami putuskan untuk mencari restoran waralaba asal amerika serikat yang khas dengan gambar kakek berjenggot. 

Semua awalnya berjalan normal seperti biasa. Saya mengantri dan istri saya menunggu di meja yang dia pilih. Setelah selesai membayar saya menanyakan kepada pelayan restoran kenapa tidak ada sedotan plastik? 

Beliau menjawab sejak awal bulan sudah tidak lagi menggunakan sedotan plastik. Belum selesai dia menjelaskan saya langsung membalasnya dengan berkata "Oooo ini dalam rangka go green ya?" kemudian pelayan itu pun menganggukan kepala.

Dari peritiwa itu muncul pertanyaan dalam hati saya, sebegitu gawatkah bumi kita ini? Sampai-sampai benda sekecil itu dihilangkan dari restoran. Sebagian orang disekitarku bergumam, mereka mengira hal ini akal-akalan pemilik waralaba untuk menekan biaya operasional.

Kemudian saya teringat dengan sebuah video tentang  seekor penyu yang kemasukan sedotan plastik. Terlihat orang asing bersusah payah untuk mengeluarkannya dari tubuh penyu. Selengkapnya bisa dilihat pada video di bawah ini :


Pada dasarnya sedotan itu adalah alat bantu yang sangat bermanfaat. Kita bisa menikmati minuman dingin tanpa perlu merasakan nyilu di gigi. Selain itu gigi kita jadi lebih aman karena minuman manis tidak banyak kontak langsung dengan gigi berkat alat ini. 

Terbukti alat ini juga sudah digunakan oleh manusia sejak 5.000 tahun yang lalu. Selengkapnya bisa dibaca disini:

Memang pada awalnya sedotan itu tidak dibuat menggunakan bahan plastik. Namun seiring berkembangnya zaman dan upaya untuk menekan harga dipilihlah bahan plastik. 

Mudah dibuatnya dan murah harganya. Kondisi tersebut diperparah dengan kebiasaan orang yang membuang sampah sembarangan. Membuat sampah sedotan plastik tidak hanya mengotori daratan, namun juga sungai dan lautan. 

Karena berbahan dasar plastik, sampah ini sangat sulit diurai oleh alam. Dibutuhkan waktu yang sangat lama untuk mengurainya. Video diatas adalah salah satu contoh dampak sampah plastik pada lingkungan yang terekam camera. Ada banyak sekali contoh-contoh lain kalau anda cari di internet.

Petisi online pun akhirnya bermunculan. Netizen peduli lingkungan mendesak para perusahaan makanan dan minuman untuk stop menggunakan sedotan plastik. Kabar terbaru perusahaan warung kopi asal amerika serikat Starbucks akhirnya mengabulkan permintaan para netizen. 

Dilansir dari usatoday, Starbucks bahkan menargetkan akan menghapus sedotan plastik pada tahun 2020. Sebagai gantinya dia mendesign cangkir yang lebih ramah lingkungan yang juga tetap nyaman digunakan untuk minum.

Nah jika perusahaan makanan dan minuman modern sudah mengambil langkah untuk mengurangi sampah plastik tersebut, maka tantangan terberat selanjutnya adalah tradisional market. Sedotan plastik masih banyak dijual bebas di pasaran. 

Para penjual makanan dan minuman tradisional pun masih setia menggunakan sedotan plastik. Seharusnya ada gerakan dari pemerintah untuk mengkampanyekan pengurangan penggunaan sedotan plastik. Yang dibantu oleh pihak swasta dan juga masyarakat. Supaya semakin banyak orang sadar bahaya sampah sedotan plastik bagi lingkungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun