Mohon tunggu...
Y. P.
Y. P. Mohon Tunggu... Sales - #JanganLupaBahagia

Apabila ada hal yang kurang berkenan saya mohon maaf, saya hanya orang biasa yg bisa salah. Semoga kita semua diberikan kesehatan dan kesejahteraan. Aamiin.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pelajaran dari Ancaman Mogok Kerja Pilot Garuda

4 Mei 2018   11:09 Diperbarui: 4 Mei 2018   11:26 5341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
garuda-indonesia.com

Bagian ini adalah kekecewaan tentang kebijakan yang diambil seperti meniadakan mobil jemputan untuk kru kabin. Kebijakan lainnya yang ditentang karyawan adalah penggeseran jam kerja saat bulan puasa pada 2017 lalu, pemotongan hak berupa tidak ada lagi kenaikan gaji berkala per tahunnya atas alasan efisiensi, hingga pemangkasan jam terbang pilot yang berdampak pada besaran penghasilan.

Dari tiga hal diatas kita perlu belajar bahwa seorang pemimpin harus memahami betul seluk-beluk yang berkaitan dengan perusahaan. Kalau perlu mengerti hingga ke level teknik. Bagaimana jika pemimpin yang ditunjuk kurang memiliki ilmu dibidang perusahaan tersebut? Seharusnya ada pendamping khusus yang bisa memberikan saran-saran dan transfer knowledge kepadanya. Jangan sampai diambil kebijakan yang justru menyulitkan perusahaan apalagi disaat-saat kritis.

Pergantian pemimpin umumnya identik dengan bergesernya gerbong kepemimpinan yang ada disekitarnya. Biasanya pemimpin baru suka membawa orang-orang dekatnya dari tempat asalnya. Hal ini bisa disebabkan karena banyak hal, namun yang harus dilakukan ditempat yang baru adalah bagaimana meredam kesan membawa gerbong tersebut.

Bisa disiasati dengan pola komunikasi yang baik kepada seluruh insan diperusahaan. Pada tahap awal kepemimpinan, jangan membuat kebijakan yang sangat kontras dengan kebijakan yang ada sebelum dikomunikasikan dengan baik kepada seluruh jajaran perusahaan.

Terakhir, terkait dengan perusahaan yang terus merugi memang sudah seharusnya dilakukan efisiensi. Kesejahteraan karyawan seharusnya menjadi yang paling terakhir dikorbankan. Karena hal ini sangat sensitif. 

Apabila terpaksa kesejahteraan karyawan harus dikorbankan, maka kembali lagi harus dikomunikasikan dengan sangat baik kepada karyawan. Ajak perwakilan serikat karyawan untuk berdialog sebelum mengambil kebijakan. Setelah itu barulah disebarluaskan kepada seluruh karyawan agar mereka bisa memahami, dan menyesuaikan gaya hidup mereka setelah kebijakan ini diambil.

Kalau dari sisi internal saja tidak kompak, bagaimana mungkin Garuda Indonesia mampu bersaing di industri penerbangan yang sangat kompetitif ini? Kebijakan yang diambil harus benar, dan dilaksanakan dengan cara yang benar, etis dan manusiawi. 

Semoga kedepannya maskapai kebanggan bangsa ini bisa kembali berjaya. Karena banyak pihak yang akan dirugikan jika maskapai ini hancur. Tidak hanya karyawan, melainkan juga perusahaan-perusahaan terkait seperti Bank yang memberi pinjaman, investor, dan perusahaan pendukung lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun