Hal yang saya ingin katakan adalah sebenarnya rasa ingin tau ini adalah fitrah manusia yang diberi melalui fasilitas hati, mata, dan telinga. Keingintahuan inilah yang menjadi modal manusia untuk mengelola jagad ini. Alangkah indahnya ketika fitrah ingin tau ini sudah kita mulai sejak kecil, tidak terhenti pada fase usia selanjutnya.
Teruslah bangun sikap ingin tau. Kalau ada sikap ingin tau, tandanya seseorang ingin belajar dan mengembangkan diri. Semakin dia belajar, maka semakin sempurnalah proses belajarnya menjadi manusia sesungguhnya.
Secara eksternal, agar rasa ingin tau ini dapat terus terjaga dan berkembang dalam diri seseorang, al-Qur'an melakukan berbagai stimulus perintah iqra' (baca) sebagaimana ditegaskan dalam ayat pertama turun.
Perintah ini tentu saja berkaitan dengan daya keingintahuan, supaya kita bersikap kritis terhadap berbagai fenomena, menyingkap apa yang ada di balik itu semua, melakukan tela'ahan, dan coba menyimpulkan apa hakikat yang terdapat di dalamnya.
Di sisi lain, rasa ingin tau yang dianugerahi Allah Swt kepada kita merupakan fitrah insaniyah dalam upaya memperkuat fitrah rabbaniyyah. Setiap hal yang kita pelajari sejatinya mengantarkan kita pada kesadaran diri yang tinggi betapa maha besaranya Allah Swt. Semua itu pada akhirnya akan melahirkan pengakuan rabbana ma khalaqta hadza bathila (ya Tuhan kami, tidak ada yang Engkau ciptakan sia-sia).
Cabang atau disiplin ilmu apa pun itu, semua didasari pada sikap ingin tau tentang sesuatu. Dari sini kemudian dikembangkan secara berkelanjutan hingga menjadi disiplin ilmu.Â
Oleh sebab itu, sejatinya sikap ingin tau ini terus kita pertahankan dan tentu kita kembangkan melalui proses belajar sehingga menghasilkan pengetahuan yang bermanfaat.
Terakhir, ada yang menarik ketika kita membaca kisah nabi Ibrahim As ketika mencari Tuhan. Dia begitu cerdas dan kritis mempertanyakan dan mencari Tuhan. Dalam al-Qur'an digambarkan; "Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam". Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat". Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan."Â (QS. Ibrahim: 76-79). Hingga usia kita sekarang, masihkah kita ingin tau berbagai hal, lalu mempelajarinya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H