Bagaimana dengan orang-orang yang berpura-pura baik (pencitraan) dengan berbagai cara dan bisa saja dia menutupi kejelekannya? Ya, selama orang belum tau 'kartu as'-nya, dia aman.Â
Tapi, kalau orang lain mengetahui rahasia siapa dia sesungguhnya, dengan serta-merta gugur dan tidak bernilai lagi semua kebaikan yang dia lakukan sebelumnya. Jadi, kebaikan itu tidak bisa direkayasa selamanya. Â Â
Manusia yang pura-pura baik itu sama seperti manusia yang berwajah bopeng tapi menggunakan topeng. Dia menyembunyikan wajah sebenarnya dan menampilkan wajah palsu.Â
Secara batin, orang yang berpura-pura baik ini biasa dilatarbelakangi oleh motivasi dan ambisi tertentu. Misalnya ketika dia mencalonkan diri sebagai kepala daerah, agar terpilih dia berusaha untuk terlihat baik; rajin shalat jamaah, rajin sedekah, rajin blusukan dan sebagainya, padahal sebelumnya tidak begitu.
Bagaimana pun hebatnya rekayasa pribadi untuk menampilkan yang baik-baik saja, cermin asli kepribadian kita tetap ada pada orang lain di sekitar kita.Â
Jadi berhentilah untuk mendeklarasikan diri baik, biarlah orang-orang di sekitar yang memberi penilaian apa adanya terhadap kita. Lagi pula untuk apa susah payah agar diakui baik kalau memang kita tidak baik. Lebih baik berusaha agar kita benar-benar berubah menjadi baik.
![pnegg.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/06/26/cermin-5ef566d6097f3632c942df03.jpg?t=o&v=555)