Mohon tunggu...
Johansyah M
Johansyah M Mohon Tunggu... Administrasi - Penjelajah

Aku Pelupa, Maka Aku Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Puasa, Menuju Kesempurnaan?

20 Mei 2020   14:56 Diperbarui: 20 Mei 2020   15:04 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sikap saling ketergantungan itulah yang menjadi kesempurnaan manusia. betapa banyak hadits yang melukiskan kolektivitas sebagai kesempurnaan. Rasulullah Saw bersabda; 'orang mukmin itu dengan mukmin yang lainnya seperti sebuah bangunan, saling menguatkan antara satud dengan yang lainnya' (HR. Muslim). Selanjutnya disebutkan; 'perumpamaan antara satu mukmin dengan mukmin yang lain itu dalam sikap saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi. Seumpama satu tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur dan merasakan demam' (HR. Muslim).

Di keseharian, kita juga dapat memetik pelajaran dari sepeda motor. Benda ini dianggap sempurna kalau semua peralatan pendukung tersedia dan berfungsi dengan baik. Kalau pun ada tempat duduk, tapi bannya bocor, kendaraan tidak bisa berjalan. Atau peralatan lain lengkap tapi tidak ada bahan bakar, sama juga kendaraan tidak akan dapat dioperasikan.

            Kalau kita ingin menjadi manusia sempurna, salah satu rumus yang dipakai adalah melupakan dua hal dan mengingat dua hal sebagaimana yang telah diamanahkan Nabi Saw: lupakan kebaikanmu kepada orang lain, dan lupakan kejelekan orang lain terhadapmu. Ingat kebaikan orang lain kepadamu, dan ingatlah kejelekanmu terhadap orang lain. Jadi kesempurnaan itu adalah sikap tulus mengakui kekurangan diri, mengakui kelebihan orang lain dan saling mengisi kekurangan. Maka dalam level manusia, tidak ada kesempurnaan individu, tapi kesempurnaan kolektif.

            Nah, ramadhan ini sebenarnya momen yang sangat tepat untuk menjadikan diri kita sebagai pribadi yang 'sempurna'. Bukankah puasa mengarahkan kita untuk menjadi orang yang senantiasa menjaga diri, tidak boleh membicarakan aib orang lain, kecuali kebaikannya. Kita shalat tarawih berjamaah ke masjid. Kita juga diperintahkan untuk membayar zakat. Di satu syawal kita juga saling maaf memaafkan.

            Semua rangkaian aktivitas itu merupakan proses pendewasan diri menuju manusia 'sempurna', yaitu manusia yang tulus, mengakui kelebihan orang lain, dan mengakui kekurangan diri. Konsep 'kesempurnaan' seperti ini tidak mustahil kita dapatkan selama kita berpegang teguh pada prinsip; 'saya membutuhkan kamu, kamu membutuhkan saya, dan kita harus bersama-sama'. Semoga ramadhan ini benar-benar mengubah cara pandang kita terhadap konsep manusia sempurna dan kita dapat mewujudkannya. Amin.

dok. pribadi
dok. pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun