Mohon tunggu...
Yohanes Arkiang
Yohanes Arkiang Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Pembungkus Embun

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Geliat Media dan Konspirasi Covid-19

8 Mei 2020   18:08 Diperbarui: 8 Mei 2020   18:21 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wara wiri covid-19 di media sosial agaknya sudah berlebihan dan mengacaukan logika dan psikologi masyarakat. Media-media arus utama maupun media-media  “ikut arus” tiada hentinya memberitakan virus bejat ini dengan data yang kian hari kian meresahkan. 

Semua orang sangat bergantung pada data tunggal dengan label ilmiah milik pemerintah. Baru pertama kali dalam sejarah bumi, kita menyaksikan secara langsung kematian bak ajang olimpiade yang tiap harinya menampilkan data jumlah medali menang kalah peserta lomba. Dengan begitu timbulah kecemasan berjamaah di masyarakat. Lalu pemerintah dengan sederhana menyediakan protokol kesehatan ala kadarnya.

Worldometer mencatatat umat manusia saat ini berjumlah 7,782,957,000. Sementara itu jumlah kematian akibat virus ini sejak muncul di bumi pada bulan Desember hingga 8 mei 2020 sebesar 3, 916,257. 

Worldometer juga mencatat bahwa tiap hari sebanyak ratusan ribun jiwa melayang dari bumi. Kesimpulannya, secara statistik kematian akibat covid-19 hampir tidak ada artinya jika digabung dengan kenormalan angka kematian manusia tiap hari. 

Di Indonesia sendiri angka kematian akibat covid-19 juga berjalan naik. Tercatat hingga 8 mei 2020 sebanyak 930 orang sudah meninggal dari total 12,776 orang yang terkonfirmasi terkena virus ini.

Data ialah anak kandung media. Awalnya pemerintah hendak menutup data dampak covid-19 dengan tujuan agar tidak meresahkan masyarakat. Menyusul keputusan itu, banyak media dan kelompok masyarakat mengkritik keputusan tersebut dengan pertimbangan agar masyarakat selalu waspada terhadap virus. 

Akhirnya, setiap hari media  memberitakan covid-19 dengan menampilkan data jumlah korban coronavirus secara masif. Getar-getir pun terjadi di mana-mana. Kegiatan agama ditiadakan, lembaga pendidikan diliburkan, dan segala kegiatan berkumul dilarang. Isu kesehatan mulai medapat perhatian publik.

Konspirasi Sebagai Konsumsi Alternatif

Konspirasi ialah istilah yang rumit untuk menyebut kebiasaan  menduga, memprediksi, menuduh, bahkan memfitnah dengan dasar yang kabur dan abstrak. Konspirasi memang selalu menyisahkan tanda tanya dengan teorinya yang gantung, serta cerita yang tidak tamat. Ia juga hanya mengandalkan logika yang agaknya buntu dan dipaksakan. Namun, konspirasi selalu mendapat perhatian publik tatkala mengulas masalah yang aktual dengan cerita yang menarik

Banyak sekali teori konspirasi covid-19 muncul di permukaan. Bill Gates disebut-sebut sebagai pencipta virus corona, Amerika dituduh mengirim virus ke China, covid-19 dianggap sebagai alat perang ekonomi,  hingga  Jerinx  percaya bahwa covid-19 sengaja diciptakan dan memicu perdebatan kusir. Di tengah-tengah bumi berduka ini, konspirasi hadir sebagai penangkal pemikiran mainstream. Deretan konspirasi itu muncul dan nyatanya menyita perhatian publik.  

Saat ini semua orang sangat tergantung pada media. Hampir semua media menampilkan berita yang sama tiap harinya. Ruang-ruang perbincangan selalu diisi dengan isu yang sama. Konsumsi utama kita pada media ialah berita coronavirus dengan segala tetek bengeknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun