Mohon tunggu...
Yohanes Arkiang
Yohanes Arkiang Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Pembungkus Embun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Politik Entertainment dan Retorika Sofistik, Akal Sehat Bisa Rusak

17 Februari 2019   12:58 Diperbarui: 18 Februari 2019   21:48 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam hal ini kedua kubu politik ini telah menjadikan retorika sofistik sebagai amunisi utama untuk menyerang. Virus sofisme ini dapat menciderai akal sehat masyarakat yang menjadi penonton utama dalam pertempuran politik. 

Kita lihat saja, tamu politik pada acara bertajuk talk show di televisi. Mereka sangat lihai bersilat lidah dan pandai bermain kata-kata. Misalnya, nada-nada manis dari tokoh filsafat Rocky Gerung yang katanya tidak memihak paslon tertentu, mampu membikin pendengarnya terdecak kagum terlebih pendukung Prabowo. Atau argumen-argumen Boni Hargens yang rajin memprotes aksi kampanye Prabowo, serta narasi-narasi miskin substansi dari timses kedua kubu.

Perusakan Akal Sehat dalam Berdemokrasi

Fenomena politik entertainment dan Retorika sofistik secara tak sadar dapat membunuh akal sehat publik. Bagaimana tidak, publik diajarkan untuk menolak argumen pihak lawan dengan cara apapun.

Robert Bala, Seorang alumnus STFK Ledalero, NTT, dalam opininya "Pembusukan Akal Sehat", yang dimuat di harian Kompas Sabtu (16/02/19), mengatakan bahwa ada peristiwa pembusukan akal sehat yang disengaja oleh politisi dalam ajang pilpres 2019.

"Kondisi akal sehat yang tercemar tidak saja menyebar virus yang mengancam akal budi, tetapi juga melumpuhkan tekad membangun bangsa. Untuk itu butuh komitmen untuk menyehatkan kembali," kata Robert dalam artikelnya.

Dalam pesta demokrasi ini, segala peralatan perang digunkan, termasuk masyarakat. Akal sehat masyarakat menjadi korban perusakan. Kemudian masyarakat digiring untuk menyerang tanpa bersikap kritis, melainkan fanatik. Siapa yang menjamin setelah pesta demokrasi 2019, semuanya akan baik-baik saja? Tentu tidak semudah menutup sampul akhir sebuh buku.

Selagi masih bisa berpikir kritis serta selektif, mari kita warnai demokrasi dengan menjual gagasan kepada publik, menjual program nyata yang bisa menjawab keresahan masyarakat. Dengan demikian wajah panggung politik Indonesia menjadi lebih warna menuju panggung yang sinergis dan konstruktif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun