Mohon tunggu...
Kavya
Kavya Mohon Tunggu... Penulis - Menulis

Suka sepakbola, puisi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pembentukan Karakter Tidak Bisa Dilakukan Sendirian

17 Juli 2024   10:59 Diperbarui: 17 Juli 2024   11:02 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Agung Patera saat sidang disertasi (S3) (Foto : dokpri)


Keterampilan Sosial 

Seperti apa anak muda, yang disebut generasi Z saat ini?.

Mereka sering dianggap sebagai kelompok yang tumbuh dalam era teknologi yang cepat dan beragam. Generasi yang cerdas, kreatif, dan terhubung secara global, sosok yang mobile dan yang paling well educated karena peran dari digitalisasi informasi. Selain itu merupakan generasi yang terbuka, dan tentunya kritis terhadap apapun yang ada di sekitar.

Agung Patera (kiri) bersama peserta kegiatan stunting yang diselenggarakan Kemenag Bangka Belitung, Mei 2024 (Foto : dokpri)
Agung Patera (kiri) bersama peserta kegiatan stunting yang diselenggarakan Kemenag Bangka Belitung, Mei 2024 (Foto : dokpri)
Generasi kelahiran 1996 -- 2010 ini menjadi digital native yang membuat mereka memiliki karaktertistik yang unik. Menurut data BPS 2020, generasi Z berjumlah 75,5 juta atau 27.94 persen dari total jumlah 272 Juta penduduk Indonesia.

Ditambah lagi milenial yang berusia paling muda 26 tahun hingga 38 tahun ditahun 2021, berjumlah 70 juta (25.87 persen). Terakhir dari kelompok usia produktif adalah post gen Z berjumlah 29.4 juta yang saat ini mulai masuk ke bangku SMP dan SMA ditahun 2021.

Total generasi produktif Indonesia sejumlah kurang lebih 175 juta jiwa. Angka yang sangat besar dan menjanjikan sebagai tumpuan harapan bagi Indonesia yang lebih baik.

Meski begitu, di balik itu ada beberapa hal yang menjadi kelemahan sekaligus bisa menghambat perkembangan mereka di masa mendatang.

Dalam hal sosialisasi atau keterampilan sosial mereka dianggap kurang mahir. Penggunaan media sosial yang berlebihan sering disebut sebagai penghambatnya. Mereka menganggap lebih nyaman berkomunikasi melalui layar gadget daripada berinteraksi secara langsung.

Hal lain adalah soal tingkat ketahanan mental saat menghadapi tekanan dan stress. Mereka cenderung kurang kuat dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Tekanan itu berasal dari ekspektasi sosial, sekolah yang kompetitif dan pengaruh media sosial secara terus-menerus.


Tidak Sendiri

Namun, pembentukan karakter anak atau generasi muda bukanlah semata jadi urusan para pendidik. Lingkngan maupun orang terdekat, seperti keluarga dan lingkungan sekitar memiliki pengaruh besar bagi pembentukan karakter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun