Mohon tunggu...
Kavya
Kavya Mohon Tunggu... Penulis - Menulis

Suka sepakbola, puisi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Mengubah Ketidakmungkinan Menjadi Mungkin dalam Sepak Bola

9 Maret 2024   12:39 Diperbarui: 9 Maret 2024   18:09 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
RANS Nusantara menghadapi PSS Sleman, dua tim yang bisa menghuni zona degradasi (Foto: LIB)

Menanamkan tagline "setiap laga adalah final" juga menjadi sesuatu yang bisa saja terjadi dalam sepak bola. Kita kerap disajikan hal-hal yang tidak mungkin akan menjadi mungkin di lapangan hijau.

RANS Nusantara menghadapi PSS Sleman, dua tim yang bisa menghuni zona degradasi (Foto: LIB)
RANS Nusantara menghadapi PSS Sleman, dua tim yang bisa menghuni zona degradasi (Foto: LIB)
Tinggal bagaimana para pemain menunjukkan pada suporternya bahwa mereka mampu mengubah ketidakmunginan menjadi mungkin.

Ricardo Kaka, legenda Brasil pernah bertutur tentang salah satu pertandingan terpenting yang pernah dilakoninya. Pertandingan itu adalah laga final Liga Champions 2004-2005 melawan Liverpool, salah satu pertandingan yang mengubah hidupnya.

Kaka menjadi pemain AC Milan, klub yang saat itu deretan pemain terbaik dunia, utamanya di sektor pertahanan, seperti Paolo Maldini, Alessandro Nesta, Jaap Stam, Cafu.

Babak pertama pun menjadi milik Milan. Sepasang gol Hernan Crespo dan satu lainnya dari Maldini membuat Milan unggul 3-0 di paruh pertama. Dalam posisi unggul itu, Kaka sangat yakin timnya akan memenangkan laga.

"Final Liga Champions 2005 adalah pertandingan bersejarah dan menegangkan. Kami memiliki salah satu baris pertahanan terbaik dalam sejarah: Dida, Cafu, Stam, Nesta, dan Maldini. Jadi ketika Hernan Crespo mencetak gol dari umpan saya untuk menjadikannya 3-0, kami sudah yakin (menang)," ujar Kaka, seperti dilansir dari Four Four Two, 23 April 2020.

Kendati demikian, pada babak kedua Liverpool mampu menyamakan kedudukan. Tiga gol dari steven Gerrard, Valdimir Smicer, dan Xabi Alonso (lewat titik putih) membuat pertandingan harus diakhiri dengan adu penalti.

Pada akhirnya, Milan kalah lewat drama adu penalti setelah tendangan Andriy Shevchenko dimentahkan Jerzy Dudek.

Dari situlah Kaka belajar makna sepak bola yang sesungguhnya. Menurut Kaka, dalam sepak bola tak ada yang namanya jaminan. Semua hal masih bisa berubah sebelum peluit panjang berbunyi.

"Hari itu saya mendapat pelajaran berharga: sepak bola adalah permainan yang tidak bisa Anda terima begitu saja. Saya telah memenangkan banyak pertandingan dan gelar lainnya, meringankan rasa sakit dari kekalahan itu, tetapi itu masih merupakan pertandingan yang penting dalam hidup saya," jelasnya.

Liga 1

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun