"Saya akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk memenangkan pertandingan, apakah itu duduk di bangku sambil melambaikan handuk, memberikan secangkir air ke rekan satu tim, atau memukul tembakan pertandingan kemenangan".
- Kobe Bryant -
Pertandingan perdana Real Madrid pada 15 Juni 2020, usai kompetisi dilanjutkan akibat pandemi virus Covid-19, bagi Zinedine Zidane, sang pelatih, sangatlah penting. Madrid masih harus menyelesaikan 11 laga sisa LaLiga Spanyol.
Zidane meminta pemain Real Madrid mencurahkan kemampuan terbaiknya untuk menyelesaikan 11 laga sisa LaLiga Spanyol .
Semua pertandingan menurut Zidane adalah partai final, termasuk ketika menjamu Eibar, 15 Juni 2020.
"11 pertandingan ini seperti final bagi para pemain. Pasukan tahu bagaimana rasanya bermain di final dan itu memberi saya kepercayaan diri. Kami sangat siap dan sekarang kami harus memberikan segalanya di setiap pertandingan yang tersisa. Saya memiliki keyakinan pada para pemain dan kami harus membuktikan diri," kata Zidane kepada Marca, 14 Juni 2020.
Zidane menjadi pelatih Madrid selama dua periode yakni pada tahun 2016-2018 dan 2019-2021. Legenda Prancis itu sudah mengarungi 301 pertandingan di seluruh kompetisi bersama Los Blancos dengan hasil 190 kemenangan, 48 kali seri, dan 63 kali kalah.
Jargon "pertandingan seperti final" sering diucapkan oleh pelatih dan pemain. Hal itu menunjukkan betapa pentingnya laga demi laga yang harus dilalui. Para pemain dituntut menunjukkan keseriusan lebih demi kemenangan tim, untuk mengamankan posisi di klasemen sementara kompetisi.
Makna kemenangan itu begitu menggetarkan, yang bisa membuat pemain habis-habisan mengerahkan kemampuannya untuk membawa timnya meraih tiga poin. Apalagi jika tim-nya dalam kondisi terpuruk. Di dalam sepak bola itu diartikan akan turun kasta, seperti dalam kompetisi Liga 1 yang menganut promosi-degradasi.
Jaminan
Menanamkan tagline "setiap laga adalah final" juga menjadi sesuatu yang bisa saja terjadi dalam sepak bola. Kita kerap disajikan hal-hal yang tidak mungkin akan menjadi mungkin di lapangan hijau.
Ricardo Kaka, legenda Brasil pernah bertutur tentang salah satu pertandingan terpenting yang pernah dilakoninya. Pertandingan itu adalah laga final Liga Champions 2004-2005 melawan Liverpool, salah satu pertandingan yang mengubah hidupnya.
Kaka menjadi pemain AC Milan, klub yang saat itu deretan pemain terbaik dunia, utamanya di sektor pertahanan, seperti Paolo Maldini, Alessandro Nesta, Jaap Stam, Cafu.
Babak pertama pun menjadi milik Milan. Sepasang gol Hernan Crespo dan satu lainnya dari Maldini membuat Milan unggul 3-0 di paruh pertama. Dalam posisi unggul itu, Kaka sangat yakin timnya akan memenangkan laga.
"Final Liga Champions 2005 adalah pertandingan bersejarah dan menegangkan. Kami memiliki salah satu baris pertahanan terbaik dalam sejarah: Dida, Cafu, Stam, Nesta, dan Maldini. Jadi ketika Hernan Crespo mencetak gol dari umpan saya untuk menjadikannya 3-0, kami sudah yakin (menang)," ujar Kaka, seperti dilansir dari Four Four Two, 23 April 2020.
Kendati demikian, pada babak kedua Liverpool mampu menyamakan kedudukan. Tiga gol dari steven Gerrard, Valdimir Smicer, dan Xabi Alonso (lewat titik putih) membuat pertandingan harus diakhiri dengan adu penalti.
Pada akhirnya, Milan kalah lewat drama adu penalti setelah tendangan Andriy Shevchenko dimentahkan Jerzy Dudek.
Dari situlah Kaka belajar makna sepak bola yang sesungguhnya. Menurut Kaka, dalam sepak bola tak ada yang namanya jaminan. Semua hal masih bisa berubah sebelum peluit panjang berbunyi.
"Hari itu saya mendapat pelajaran berharga: sepak bola adalah permainan yang tidak bisa Anda terima begitu saja. Saya telah memenangkan banyak pertandingan dan gelar lainnya, meringankan rasa sakit dari kekalahan itu, tetapi itu masih merupakan pertandingan yang penting dalam hidup saya," jelasnya.
Liga 1
Bagaimana ketidakmungkinan, seperti terjadi dalam final Liga Champions 2005, saat ini di Liga 1 2023/2024?
Klub di papan tengah dan bawah saat ini sedang saling "membunuh" untuk lolos dari jurang degradasi. Berusaha mengais poin di 6 laga yang tersisa.
Ada tiga klub di zona degradasi saat ini yakni Persita Tangerang dengan 31 poin, Bhayangkara FC (19 poin), dan Persikabo 1973 (17 poin). Ketiganya sudah melakoni 28 laga.
Melihat perolehan poin, Bhayangkara FC dan Persikabo menjadi kandidat terkuat untuk turun kasta alias degradasi.Â
Bhayangkara misalnya, untuk lolos dan aman dari degradasi harus memenangkan sisa pertandingan, sehingga bisa meraup 18 poin. Jika ini tercapai, total poinnya adalah 37 yang sudah aman dari jurang degradasi.
Namun, jelas tak semudah itu untuk bisa menyapu bersih sisa enam pertandingan. Selain sapu bersih, mereka juga bisa berharap tim lain yang ada di atas mereka terpeleset.
Melihat jadwal yang harus dilakoni, lawan berat sudah menanti, seperti bertandang ke Persib Bandung pada 28 Maret 2024, lalu menjamu Persik Kediri (2 April) dan bertandang ke Bali United (16 April).
Tiga laga lainnya adalah menjamu Dewa United (16 Maret), ke markas Barito Putera (20 April) dan menjamu Persis Solo (28 April).
Beratnya perjuangan Bhayangkara FC, yang sudah melakukan perombakan dan mendatangkan pemain bintang seperti Radja Nainggolan dan Witan Sulaiman memang menjadikan mereka mengemban misi yang mustahil.Â
Namun, sekali lagi, di dalam sepak bola ketidakmungkinan itu bisa menjadi mungkin. Tentunya dengan kerja sama tim, tidak hanya menggantungkan diri pada individu, seperti Bhayangkara FC pada Radja Nainggolan.
Bagaimana dengan tim-tim yang saat ini berada di papan tengah? Mereka juga was-was, karena perolehan poin belum membuat aman. Sedikit kesalahan akan membuat posisi mereka melorot, siap digantikan oleh tim yang berada di peringkat bawah.
PSS Sleman misalnya, yang baru dipermalukan oleh PSM Makassar dengan skor 1-2, saat ini berada di posisi 15 dengan 31 poin dari 28 pertandingan. Hanya terpaut 3 poin dari Persita Tangerang yang berada tepat di bawahnya.
Di sisa pertandingannya PSS Sleman terbilang memiliki lawan-lawan yang cukup berat. Terdekat, PSS Sleman bakal menjamu Borneo FC yang sudah memastikan diri lolos ke Championship Series Liga 1 2023 pada pekan ke-29.
Setelah itu, PSS Sleman masih harus bertemu Madura United, Persik Kediri, hingga terakhir Persib Bandung.
Maka, bermain dengan sepenuh hati, menjadikan setiap sisa laga sebagai partai final, adalah jalan terbaik untuk bertahan dan tidak tergusur ke Liga 2 karena degradasi.
Tentunya juga dengan mempertahankan kebugaran fisik, dengan jadwal yang mepet. Selain itu, meningkatkan kerjasama tim.
Seperti pernah dikatakan oleh petinju kelas berat yang legendaris, Muhammad Ali: "Ketidakmungkinan hanyalah sebuah kata besar yang dilontarkan oleh orang-orang kecil , yang menganggap bahwa lebih mudah hidup di dunia ini daripada menggali kekuatan yang mereka punya untuk mengubah dunia."
Ketidakmungkinan akan bisa diubah menjadi mungkin dengan itu semua. ***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI