Kegeraman Chief Operating Officer (COO), Bhayangkara FC, Sumardji atas penampilan Bhayangkara FC (BFC) bisa dimaklumi. Mengusung misi meraup poin sebanyak-banyaknya dalam sisa 9 pertandingan untuk lolos dari degradasi, klub milik kepolisian itu malah memble.
Bermain di kandang sendiri, di Stadion Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK), Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, 22 Februari 2024, The Guardian harus menanggung malu dilibas tamunya, PSS Sleman 1-4.
Gol Bhayangkara FC dicetak oleh Matias Mier (menit ke-14). Sementara gol PSS diciptakan Ricky Cawor (6', 70'),Hokky Caraka (21') , dan  Ajak Cho Riak (62').
Hasil itu tak mengubah posisi BFC sebagai juru kunci alias penghuni klasemen dasar dengan raihan 15 poin dari 25 pertandingan. Poin Radja Nainggolan dan kawan-kawan iru berjarak 11 poin dengan Persita Tangerang yang bertengger di peringkat ke-15 atau zona aman.
Posisi itu jelas mencoreng nama kepolisian. BFC bukan tim ecek-ecek. Pertama kali menjadi tim Liga 1 pada 2017 mereka telah mengejutkan publik dengan menjadi juara. Mereka terhitung konsisten bersaing di papan atas klasemen.
Pada tiga musim terakhir, yakni edisi 2018, 2019, dan 2022/2023, The Guardian selalu mengakhiri persaingan di jajaran empat besar. Namun, musim lalu mereka terlempar ke urutan ketujuh.
Pada musim ini nasib The Guardian begitu miris. Diperkuat dengan pemain-pemain berkualitas malah harus mendekam di dasar klasemen. Situasi ini tak terlepas dari catatan mereka sebagai tim dengan kemenangan paling minim di BRI Liga 1 2023/2024.
Keterpurukan klub yang sebelumnya beberapa kali berganti nama dan kandang itu bukannya didiamkan oleh institusi kepolisian sebagai induknya. Memasuki putaran kedua dilakukan perombakan, memasukkan pelatih baru dan beberapa pemain berkualitas.
Sebut saja Mario Gomez yang jadi juru taktik, pemain sekaliber Radja Nainggolan, Witan Sulaiman dan Osvaldo Haay direkrut.
Mario Gomez sudah tidak asing dengan Liga Indonesia karena pernah menukangi Persib Bandung, Arema FC, dan Borneo FC. Sedangkan Radja Nainggolan pernah merumput di klub-klub ternama seperti Inter Milan.
Tujuannya jelas, melepaskan diri dari jurang degradasi.
"Satu hal yang pasti, kami ingin memperbaiki kesalahan-kesalahan di putaran pertama, terutama berkaitan dengan skuad," ujar COO Bhayangkara FC, Sumardji akhir November 2023 lalu.
"Jadi di putaran kedua ini kami ingin memperbaiki dan mencoba untuk bisa bangkit. Meraih apa yang menjadi tujuan kami yaitu bertahan di BRI Liga 1," kata lelaki yang menjadi manajer BFC saat menjuarai Liga 1 2017.
Ada Apa
Setelah perubahan terjadi dengan masuknya pelatih dan pemain baru, BFC tetap tidak mengalami kemajuan. Tetap di jurang degradasi. Kemenangan 3-0 atas Persita Tangerang pada 17 Desember 2023, yang juga menandai debut Radja Nainggolan belum terulang lagi.
Pelatih dan beberapa pemain baru memang membutuhkan adaptasi. Itu yang menjadi dasar BFC tetap berlatih saat libur awal tahun 2024. Namun, latihan intensif untuk membentuk chemistry sebuah tim dan menjaga kebugaran fisik tetap belum memberikan poin.
Saat dibantai 1-4 oleh PSS Sleman, tidak terlihat daya juang para pemain untuk mati-matian merebut poin penuh mengingat sangat rawannya posisi tim di dasar klasemen. Mereka seperti tidak menyadari bahwa BFC menjadi calon kuat untuk terjun ke Liga 2.
"Saya sudah sampaikan berulang kali akan berusaha sempatkan diri melihat para pemain berlatih. Hasilnya saat latihan lumayan, tapi kenapa ketika bertanding seperti ini. Saya juga tidak mengerti, ini ada apa?," kata Sumardji usai menyaksikan timnya babak belur menghadapi PSS Sleman.
Ia tidak bisa menutupi rasa kecewanya melihat BFC diremukkan tim tamu. Sumardji bahkan menyebut permainan timnya kali ini sangat buruk dan di luar ekspektasinya.
"Tidak tahu juga saya. Saya juga kaget kok jadi jelek kaya gini," katanya. Â
Kekalahan ini pun membuat Sumardji, lelaki asal Nganjuk, Jawa Timur itu pasrah dengan masa depan BFC.
"Sudahlah saya tidak mikir ke sana (tetap di liga 1), yang penting pokoknya fight saja. Urusan lolos belakangan, nothing to lose saja," tegas Manajer Tim Nasional Indonesia itu.
Ia juga secara terbuka menyampaikan kalimat kepada awak media sudah geregetan dengan Mario Gomez. Momen tersebut tepat setelah PSS mencetak gol keempatnya yang dicetak Ricky Cawor melalui titik putih pada menit ke-70.
"Pulang duluan," sapa Sumardji saat melewati para wartawan di tribune untuk keluar stadion.
"Pecat aja pelatihnya," kata Sumardji.
Anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI itu memberikan tenggat waktu kepada Gomez. Nasib pelatih ini akan ditentukan dalam 2-3 laga ke depan.
Berdasarkan jadwal, BFC akan berjumpa Borneo FC Samarinda pada 26 Februari 2024, Madura United (1/3/2024), dan Arema Indonesia (6/3/2024).
Loyo
Penampilan BFC menghadapi PSS Sleman jelas menunjukkan rendahnya semangat tempur (fight spirit) para pemain. Strategi Gomez pun tidak menunjukkan keampuhannya. Padahal pelatih asal Argentina yang menangani BFC di laga pertama putaran kedua bukan kaleng-kaleng.
Pergantian pelatih memang disadari belum bisa memberikan efek instan kepada klub yang ditanganinya. Namun, semua juga tahu bahwa tugasnya adalah menstabilkan tim agar lebih konsisten, apalagi diisi dengan pemain-pemain yang sudah berpengalaman.
Ini merupakan ajang pertaruhan bagi pelatih sekaliber Gomez yang dikenal sebagai pelatih mahal, langganan tim besar seperti Persib Bandung, Borneo FC dan Arema FC.
Semangat untuk menang bagi para pemain BFC harus ada, apalagi mereka tahu posisi tim di dasar klasemen. Realita yang miris mengingat BFC juara Liga 1 2017 dan disokong dengan dana yang cukup.
Kalau fighting spirit itu sudah tidak ada, diisi dengan beberapa pemain dengan kaliber dunia seperti Radja Nainggolan juga percuma, bagaimana mau menang. Hasilnya malah gagal, seperti ditunjukkan dengan torehan hasil memalukan selama kompetisi.
Motivasi untuk menang, bahkan jika perlu berdarah-darah di lapangan, bisa menular ke pemain lainnya dalam satu tim.
Saat ini BFC kini menyisakan sembilan laga. Meski upaya untuk lepas dari zona degradasi terasa mustahil, namun sepakbola adalah misteri. Bukan hitungan sekedar nama-nama besar di lapangan. Semangat juang adalah tiang untuk menyanggah beban di Pundak dengan status sebagai calon kuat degradasi ke Liga 2.
Bonus kemenangan yang sudah disiapkan, konon ratusan juta, hanyalah pelengkap. Hal utama yang harus ditunjukkan oleh para pemain BFC adalah mereka mau menjadi pecundang, karena bermain dengan ogah-ogahan, ataukah akan dikenang sebagai serdadu yang tak takut mati.
Kekecewaan Sumardji tak hanya mewakili para petinggi kepolisian sebagai pemilik klub, dan manajemen BFC, tapi juga penggemar sepakbola lainnya. Pelatih dan para pemain BFC punya kesempatan untuk menunjukkan bahwa mereka tidak makan gaji buta tanpa memberi hasil bagi timnya.
Mission impossible Bhayangkara FC akan terlihat hasilnya dalam 2-3 pertandingan mendatang. Bukan sekedar bayang pemecatan bagi pelatih, tapi lebih dari itu pembuktian para serdadu di lapangan. Jika tetap loyo, mereka akan dikenang sebagai pecundang. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H