Semangat untuk menang bagi para pemain BFC harus ada, apalagi mereka tahu posisi tim di dasar klasemen. Realita yang miris mengingat BFC juara Liga 1 2017 dan disokong dengan dana yang cukup.
Kalau fighting spirit itu sudah tidak ada, diisi dengan beberapa pemain dengan kaliber dunia seperti Radja Nainggolan juga percuma, bagaimana mau menang. Hasilnya malah gagal, seperti ditunjukkan dengan torehan hasil memalukan selama kompetisi.
Motivasi untuk menang, bahkan jika perlu berdarah-darah di lapangan, bisa menular ke pemain lainnya dalam satu tim.
Saat ini BFC kini menyisakan sembilan laga. Meski upaya untuk lepas dari zona degradasi terasa mustahil, namun sepakbola adalah misteri. Bukan hitungan sekedar nama-nama besar di lapangan. Semangat juang adalah tiang untuk menyanggah beban di Pundak dengan status sebagai calon kuat degradasi ke Liga 2.
Bonus kemenangan yang sudah disiapkan, konon ratusan juta, hanyalah pelengkap. Hal utama yang harus ditunjukkan oleh para pemain BFC adalah mereka mau menjadi pecundang, karena bermain dengan ogah-ogahan, ataukah akan dikenang sebagai serdadu yang tak takut mati.
Kekecewaan Sumardji tak hanya mewakili para petinggi kepolisian sebagai pemilik klub, dan manajemen BFC, tapi juga penggemar sepakbola lainnya. Pelatih dan para pemain BFC punya kesempatan untuk menunjukkan bahwa mereka tidak makan gaji buta tanpa memberi hasil bagi timnya.
Mission impossible Bhayangkara FC akan terlihat hasilnya dalam 2-3 pertandingan mendatang. Bukan sekedar bayang pemecatan bagi pelatih, tapi lebih dari itu pembuktian para serdadu di lapangan. Jika tetap loyo, mereka akan dikenang sebagai pecundang. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H