Mohon tunggu...
Kavya
Kavya Mohon Tunggu... Penulis - Menulis

Suka sepakbola, puisi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Yoyok Sukawi, Pemimpin yang Ingin Terus Terhubung dengan Masyarakat

1 Januari 2024   00:02 Diperbarui: 1 Januari 2024   11:20 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yoyok Sukawi saat dengar pendapat di DPR. (Foto : Dok.Pribadi Yoyok)

Sebuah survey, tentang perasaan masyarakat yang merasa terwakili aspirasinya di DPR, pernah diadakan pada 12 tahun lalu, tepatnya Maret 2011.

Ternyata mayoritas reponden, 93% mengaku merasa tidak terwakili di DPR. Bahkan sebanyak 96% responden mengaku tidak ingat lagi siapa wakilnya di DPR," papar Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), yang mengadakan survey bertajuk "Keterwakilan Konstituen oleh DPR" tersebut.

Analisa dari survey itu menunjukkan, penyebab utama temuan ini adalah minimnya interaksi para anggota DPR dengan konstituen yang telah memilih mereka.

Tak aneh bila karena tidak pernah ditemui, maka para pemilih jadi lupa siapa wakilnya dan karenanya merasa tidak terwakili apa yang menjadi aspirasinya.

"Wakil rakyat harus peka terhadap apa yang terjadi pada konstituennya. Memang tak banyak waktu untuk bertemu, tapi semestinya mempunyai cara untuk itu," kata Yoyok Sukawi, anggota Komisi X DPR RI beberapa waktu lalu, saat berbincang santai.

Komisi X membidangi masalah Pendidikan, Kepemudaan, Olahraga, Perpustakaan, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif.

Yoyok yang bernama lengkap Alamsyah Satyanegara Sukawijaya, S.E dikenal sebagai salah satu politisi yang mudah ditemui, ramah dan aktif berinteraksi dengan masyarakat.

Ia anak dari Sukawi Sutarip yang pernah menjabat sebagai Wali Kota Semarang selama dua periode pada 2000 hingga 2010.

Kariernya di dunia politik beranjak dari bawah. Sebelum menjadi anggota DPR selama, Yoyok menjabat sebagai Ketua Komisi E DPRD dan Wakil Ketua Bidang Pemuda dan Olahraga DPD Partai Demokrat Jawa Tengah(2006-2017).

Pengalaman berorganisasinya bertambah matang saat terjun ke dunia sepakbola sebagai manajer PSIS pada awal milenium baru tahun 2000.

"Saat sepakbola masih menggunakan APBD, saya banyak belajar di PSIS. Alhamdulillah sampai sekarang masih senang mengelola PSIS. Meski harus jual mobil, minta tolong ke bapak pinjam duit atau izin menjual tambak dan nanti saya cari gantinya," ungkapnya.

Sukawi sendiri pernah memberikan penilaian tentang kiprah puteranya. Dalam sebuah acara potcast PSIS, Sukawi mengungkapkan kebanggaannya atas raihan yang didapat oleh Yoyok selama memimpin PSIS.

"Yoyok dulu memang suka sepakbola, makanya saya pesan kepada dia agar terus berkorban untuk PSIS. Setelah jadi manajer dia malah bisa sukses dan berjalan meski harus jual mobil untuk gaji pemain," beber Sukawi saat itu.

Perlahan nama Yoyok yang lahir pada 1 Maret 1978 jadi familiar bagi publik Semarang, tokoh penting di balik keberhasilan PSIS yang berjuluk Mahesa Jenar itu.

Hal lain yang membuat masyarakat merasa tidak terwakili oleh DPR, menurutnya adalah masih rendahnya kinerja para anggota legislatif. Selama setahun ini, dari DPR justru lebih sering muncul berita mengenai kehebohan politik seperti kontroversi pembangunan gedung baru dan perjalanan ke luar negeri.

Interaksi

Yoyok Sukawi saat dengar pendapat di DPR. (Foto : Dok.Pribadi Yoyok)
Yoyok Sukawi saat dengar pendapat di DPR. (Foto : Dok.Pribadi Yoyok)
Sebagai wakil rakyat, Yoyok tak menampik jika masih ada ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja DPR. Sesuatu yang tak bisa dihadapi dengan menutup mata atau menyalahkan orang lain. Justeru kritikan itu semestinya menjadi pemicu untuk meningkatkan semangat memperjuangkan kepentingan masyarakat yang sudah memilihnya.

Menurut suami Swasti Aswagati, yang juga politisi, saat ini tidak bisa lagi kita melihat para pendukung sebagai obyek, bukannya subyek poltik. Ini yang memunculkan pola transaksional, yang ujungnya malah memperburuk demokrasi menjelang Pemilu. Politisi akhirnya tidak memiliki ikatan yang kuat dengan konstituennya.

Sebagai subyek politik, lanjut Yoyok, mereka menjadi bagian penting, tak hanya untuk politisi tapi pertumbuhan dan dinamika demokrasi. Dari merekalah pemimpin mendapatkan insipirasi, dasar langkah-langkah untuk bersikap dan dukungan memperjuangkan apa yang diinginkan masyarakat.

Mantan anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI 2017-2022 itu sering mengadakan interaksi dengan para pemilihnya. Seperti dalam Live Instagram beberapa waktu lalu.

Meski banyak komentar dan pertanyaan seputar tim PSIS, beberapa hal terkait pencalonan dirinya sebagai anggota DPR dan Walikota Semarang juga mengemuka.

Live Instagram, jelas Yoyok hanya salah satu media untuk berinteraksi, memperkuat kedekatan emosi dengan masyarakat. Ia mendapatkan dukungan dari komunitas Sahabat Yoyok Sukawi dan relawan-relawan lainnya yang tersebar di berbagai daerah di Jawa Tengah.

Melihat interaksi yang terjadi, tampak ia sudah mendapatkan branding yang positif. Dialog berlangsung dua arah, dengan jawaban yang tidak klise, diselingi canda dalam live Instagram.

Sedangkan komunitas dan relawan itu tak sekedar merupakan media untuk mengumpulkan dukungan. Lebih dari itu, merupakan jaring untuk menampung aspirasi masyarakat. Berbagai persoalan diterima, dipelajari dan sebisa mungkin ada solusinya.

Yoyok yang juga dikenal suka berbicara lugas, blak-blakan terbilang aktif mengunggah foto dan video kegiatan rutinnya. Hal ini menjadi penting karena masyarakat mengetahui rutinitasnya, termasuk juga bagaimana hubungan dengan keluarganya.

Salah satu keterbukaan Yoyok misalnya soal gaji para pemain dan staf PSIS Semarang yang diberitakan mengalami kendala karena kesulitan finansial. Ia memberikan penjelasan terbuka soal itu.

Segera Yoyok memberikan klarifikasinya, dengan menegaskan bahwa gaji para pemian tidak terlambat. Gaji itu dicicil untuk mencukupi kebutuhan hidup selama satu bulan.

Hal ini berlaku untuk pemain yang memiliki gaji besar, sementara pemain lainnya tidak sampai harus dicicil.

Apa yang dialami PSIS, menurut Yoyok juga menimpa klub-klub Liga 1 lainnya, karena sekarang perekonomian sedang sulit. Sponsor berkurang, begitu juga pemasukan dari tiket pertandinga.

Hal itu disampaikan oleh Yoyok tanpa merasa bahwa keterbukaan itu akan merugikan klub atau dirinya secara pribai.

Sebagai pemimpin, ia mencoba terus terhubung dengan rakyatnya. Termasuk dengan memberikan penjelasan terkait masalah finansial klub. Sesuatu yang tak perlu ditutupi, karena klub tetap memenuhi kewajibannya meski bagi pemain bergaji besar dilakukan sistem mencicil.

"Kita harus berbicara terbuka agar masyarakat memahami dan merasa di-wong-kan. Dari situ kita akan mendapatkan kepercayaan untuk menjadi wakil mereka, baik di DPRD, DPR dan pemerintah," tegasnya.

Kini Yoyok tak hanya melangkah ke Senayan, tapi juga bersiap menjadi Walikota Semarang, jabatan yang dulu diemban ayahnya selama dua periode.

Lebih dari itu, ia mempersiapkan diri menjadi lebih matang sebagai pemimpin yang terus terhubung dengan rakyat, untuk sebuah kepercayaan, sebuah Amanah bagi karier politik dan hidupnya. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun