Mohon tunggu...
Kavya
Kavya Mohon Tunggu... Penulis - Menulis

Suka sepakbola, puisi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kesunyian Setelah Berakhirnya Piala Dunia 2022 di Qatar

24 Desember 2022   20:58 Diperbarui: 29 Desember 2022   09:00 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana pasar tradisional Souq Waqib (Foto : tribunnews.com)

Pagi itu, 19 Desember 2022, warga Qatar bangun dari tidurnya, bersiap menyongsong Senin yang sibuk. Namun, tidak seperti biasanya, ada yang terasa hilang : hiruk pikuk selama 28 hari yang menimbulkan riuh di berbagai sudut Doha, ibukota Qatar.

Piala Dunia 2022 yang disiapkan selama dua belas tahun telah berakhir. 

"Saya merasakan kesedihan yang luar biasa ketika saya masuk kerja pagi ini untuk melihat tempat ini begitu kosong," kata Ahmed Salam, seorang penjaga toko di sebuah toko pakaian di Souq Waqif kepada Al Jazeera.

 "Ada begitu banyak keaktifan di daerah ini. Kami hampir tidak punya waktu untuk duduk atau istirahat... tetapi suasananya luar biasa."

Lorong-lorong Souq Waqif yang populer di Doha, hanyalah bayangan dari diri mereka sendiri yang dipenuhi oleh orang Brasil, Argentina, Maroko, dan penggemar puluhan negara lain yang berpartisipasi. Di sana para penggemar dari seluruh dunia berkumpul, bernyanyi dan mengibarkan bendera.

Salam, yang berasal dari India, mengatakan dia berharap turnamen besar seperti Piala Dunia FIFA diadakan "setiap tahun" di negara tersebut.

"Satu-satunya tempat di luar India yang pernah saya kunjungi adalah Qatar. Sangat menyenangkan memiliki kesempatan untuk bertemu orang-orang dari seluruh dunia."

Sama seperti Salam, warga Qatar yang berkebangsaan Inggris, Mimi Muhammed, bahkan merasa 'kewalahan' dengan kemeriahan Piala Dunia 2022. Dia merasa betapa beruntungnya penduduk Qatar menjadi bagian pertandingan sepak bola terbesar yang ada di dunia.

"Benar-benar sangat menginspirasi," ucap Mimi

Sedangkan pria berkebangsaan Yunani yang bekerja sebagai manajer restoran di Doha, Zoi Zygelopoulou mengatakan banyak orang-orang meragukan bagaimana negara Qatar menjadi tuan rumah yang baik untuk ajang dengan jumlah penonton fantastis.

"Mereka (turis) mengatakan kepada saya bahwa ini merupakan salah satu Piala Dunia terbaik yang pernah ada. Sebelum datang ke sini, mereka tidak tahu banyak tentang Qatar, mereka juga cukup takut datang ke sini karena pemberitaan di media, tapi ketika mereka datang ke sini mereka sangat senang," ujar Zoi.

Kesuksesan 

Qatar sukses menjadi penyelenggara Piala Dunia 2022 dan menepis keraguan banyak orang terhadap negara yang namanya kurang dikenal di sepak bola internasional. 

Penyelenggaraan turnamen dibumbui dengan gencarnya serangan terhadap pelaksanaan hak asasi manusia, larangan LGBT dan ketatnya hukum di sana.

Suporter Tunisia (Foto : Reuters/Amr Abdallah Dalsh)
Suporter Tunisia (Foto : Reuters/Amr Abdallah Dalsh)
Diperkirakan Qatar menerima lebih dari 1,2 juta turis selama pertandingan berlangsung. Jumlah ini sangat besar untuk sebuah negara dengan populasi hanya 2,7 juta.Namun Qatar gagal bicara banyak di Piala Dunia 2022. 

Di tengah badai protes penunjukan sebagai penyelenggara, mereka malah mencatatkan dirinya sebagai tuan rumah pertama dalam sejarah Piala Dunia yang tersingkir setelah dua pertandingan.

Menurut catatan yang dilansir ESPN, Afrika Selatan menjadi negara tuan rumah lainnya yang tersingkir di fase grup saat mereka menggelar Piala Dunia 2010. 

Namun, kala itu Afrika Selatan masih bertahan hingga laga ketiga, dan tersingkir dengan mencatat satu kemenangan dan satu hasil imbang.

Anak asuh Felix Sanchez bahkan dipastikan sudah tersisih setelah Grup A menyelesaikan dua putaran. Kekalahan 1-3 dari Senegal ditambah skor imbang Belanda vs Ekuador, membuat mereka secara matematis mustahil ke babak. 

Kesempatan meraih angka maksimal adalah tiga saat menghadapi Belanda. Namun, justru Qatar kemasukan dua gol saat bertemu tim Oranje.

Hasil ini membuat Qatar bernasib sama seperti Afrika Selatan pada 2010, yang juga terhenti di fase grup. Sebagai gambaran, tuan rumah biasanya memiliki rapor bagus di Piala Dunia. Mereka memanfaatkan keunggulan berupa jumlah suporter untuk melangkah jauh.

Namun, ada catatan lain yang membuat Qatar lebih buruk ketimbang Afsel. Mereka menjadi tuan rumah pertama yang menderita kekalahan pada penampilan perdana turnamen saat dipermalukan Ekuador, Minggu (20/11/2022).

Piala Dunia 2022 nyatanya menghasilkan kejutan demi kejutan, diakhiri dengan final yang dramatis. Ada yang menyebutnya sebagai final terbaik sepanjang masa. Argentina dan Prancis menyajikan drama yang menggedor jantung.

Di tempat lain, di seberang Doha, para pekerja terlihat menurunkan merek dan bendera Piala Dunia serta mengangkut partisi di sekitar stasiun metro. Di dalam stasiun, kerumunan terlihat lebih sedikit, tidak ada lagi orang-orang bergegas untuk sampai ke salah satu stadion.

Dua belas tahun lamanya Qatar mempersiapkan turnamen empat tahunan yang paling bergengsi itu. Even itu pergi dalam waktu 28 hari, membawa serta jutaan orang, nyanyian parau di jalanan dan semua isu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun