Sedangkan buku kumpulan puisinya yang telah terbit adalah Semelar (Kuala Lumpur: kAPAS Publication, Jun 2003), Kuntom Ungu (Kuala Lumpur: Esastera Enterprise, 2012), dan AM Ke PM (Esastera Enterprise, 2020). Karya lainnya adalah kumpulan puisi di Indonesia, iaitu Grafiti Hati (EsMe, 2016) serta sebuah buku kumpulan "puisi berserta ulasan", yakni Peneroka Malam (EsMe, 2014).Â
Melalui e-Sastera Prof.Irwan yang sudah mempunyai lima cucu ingin sastra Malaysia lebih dikenal dunia, dan khususnya menjadi titian dengan sastra di ASEAN.
Kunjungan ke Indonesia, Â yang terhenti dengan adanya pandemi Covid-19, sangatlah berarti karena kedekatan seni dan budaya kedua negara.
Ia senang bisa datang dan mengisi acara Sastra Reboan di Bulungan, Jakarta Selatan dan di Rumah Budaya Tembi, Yogyakarta. Bertemu sastrawan-sastrawan ternama seperti Sapardi Djoko Damono (alm), Joko Pinurbo dan lainnya.
"Pada masa ini, kami masih bergerak secara berhati-hati untuk keluar Malaysia. Insya-Allah dalam sedikit masa lagi kami akan meneruskan langkah ke luar negara, terutamanya ke Indonesia, demi mencari interaksi sastera dan memajukan perkembangan sastera dalam masyarakat di negara-negara di ASEAN."
"Tujuan utamanya adalah memanfaatkan aktiviti sastera untuk merapatkan masyarakat antara negara."
Semakin merambat usianya, tak mengendurkan langkah lelaki bersahaja itu untuk terus bersastra, untuk menjembatani hubungan yang lebih akrab lagi dengan Indonesia melalui sastra dan seni.
Selayaknya ia mendapat lebih banyak penghargaan dari negaranya. Tak sekedar Hadiah Sastera Johor (Buku Sastera, 2019), Tokoh Patria Numera (2017), Hadiah Sastera Darul Takzim (Puisi Eceren, 2007-2008), dan Anugerah Sastera Perdana Malaysia (Cerpen Eceren, 2004-2005),***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H