Di bandara Soekarno-Hatta serombongan penyandang disabilitas keluar dari pintu kedatangan internasional. Wajah-wajah lelah yang memancarkan kebahagiaan.
Tak ada rombongan pejabat, tak ada yel-yel pembangkit semangat. Tidak juga para jurnalis media online, cetak atau tivi memberondong dengan berbagai pertanyaan.
Di bandara hanya tampak kerabat, Marketing Manager Specs, Iwan Saktiawan, pengurus PSAI (Persatuan Sepakbola Amputasi Indonesia) yang menyambut.
Spanduk sudah menanti. "Selamat Datang Tim Nasional Garuda INAF. Ukur Sejarah Lolos ke Piala Dunia Sepakbola Amputasi" tertulis di spanduk dengan latar merah.
Kemeriahan justeru terjadi di media online dan media sosial. Berita tentang tim nasional Amputasi Indonesia berhasil melaju ke babak final Piala Dunia Sepakbola Amputasi (Amputee Football World Cup) 2022 yang akan digelar di Turki, Oktober 2022 menjadi kabar gembira di tengah langkanya minyak goreng.
"Bikin Bangga! Timnas Amputasi Indonesia Lolos ke Piala Dunia 2022". Begitu judul berita di sebuah media online. Kalimat yang hampir sama juga ada di beberapa media lainnya. Bangga akan prestasi yang dicapai para pemain timnas itu.
Kabar itu juga membuka mata publik akan adanya penyandang disabilitas yang mampu memberikan oase di tengah remuknya prestasi sepakbola Indonesia. Juga di tengah kisruh penyelenggaraan kompetisi, terutama di Liga 3 yang tak hanya memberi tontonan permainan sepakbola tapi juga kungfu dan taekwondo.
Jangan dilupakan pula adanya beberapa wasit, pengadil lapangan yang tak lagi tampak adil memberikan keputusan.
Ya, Timnas Indonesia  melaju ke final Piala Dunia Sepakbola Amputasi setelah menghuni peringkat kedua babak penyisihan zona Asia Timur. Mereka meraih 6 poin dari hasil kemenangan atas tuan rumah Bangladesh 8-0 dan Malaysia dengan skor 3-0..