Mohon tunggu...
Kavya
Kavya Mohon Tunggu... Penulis - Menulis

Suka sepakbola, puisi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Puluhan Pemain Tumbang Positif Covid-19, Siapa yang Salah?

2 Februari 2022   22:57 Diperbarui: 2 Februari 2022   22:59 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Laga antara Persela dan Persija, 15 Januari 2022. (Foto: LIB)

Sudah ada 52 pemain dan 16 ofisial klub yang terpapar Covid-19 dalam seri 4 BRI Liga 1 2021/2022 yang berlangsung di Bali. Data itu disampaikan oleh Tim Satgas Covid-19 PT Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai operator kompetisi. Pulau Dewata itu juga menjadi tempat pertandingan untuk seri 5 .

Mereka yang positif Covid-19 berasal dari 12 klub alias berasal dari 2/3 peserta kompetisi BRI Liga 1 2021/2022. 

Sebelumnya, seri 1, 2 dan 3 yang berlangsung di Jawa (Jakarta, Jawa Barat, Tangerang, Jawa Tengah, dan Yogyakarta) tidak memunculkan kasus pemain atau ofisial terpapar Covid-19. Seri 3 misalnya berlangsung di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Baru di seri 4 inilah terjadi hal yang ditakutkan itu.

Bahkan laga Madura United menghadapi Persipura Jayapura yang sedianya akan digelar di Stadion Kompyang Sujana, Denpasar, (Selasa, 1 Februari 2022) harus ditunda.

Penyebabnya karena sebanyak 19 pemain plus 5 ofisial Madura United positif Covid-19. Artinya MU kehilangan hampir 80% pemainnya. Praktis MU hanya  memiliki 11 pemain yang siap tempur di lapangan. Kondisi yang memaksa PSSI dan operator kompetisi, PT Liga Indonesia Baru (LIB) untuk mengadakan rapat darurat, dan menelorkan hasil penundaan laga.

Terbaru, laga lain yang ditunda adalah antara PSM Makassar vs Persib Bandung pada Rabu (2/2/2022) malam. Persib hanya memiliki 13 pemain yang siap berlaga.

Soal penundaan laga itu diatur dalam regulasi BRI Liga 1 2021/2022 Pasal 52 terkait hasil tes covid-19 dan eligibilitas.

Di ayat 5  pasal 52 itu berbunyi : Jika ada pemain dan/atau ofisial yang tidak diizinkan untuk berpartisipasi dalam pertandingan karena kasus covid-19 yang terkonfirmasi oleh Satuan Tugas Covid-19, klub diminta untuk mendatangkan bila ada pemain standby di kota domisili/lainnya yang telah terdaftar dari 35 pemain yang didaftarkan. 

Itu dilakukan untuk memastikan bahwa pelaksanaan pertandingan tetap dapat dijalankan sesuai jadwal. (Prosedur pengesahan pemain tetap sama).

(Entah kenapa PSSI dan LIB suka menggunakan istilah Inggris, seperti "standby" di pasal itu. Apa supaya terlihat keren?).

Sedangkan tentang kondisi klub yang tidak memenuhi ketentuan diatur dalam ayat 7 : Dalam keadaan luar biasa, di mana setelah swab tes rapid antigen pada hari pertandingan membuat klub yang akan bertanding hanya menyisakan kurang dari 14 pemain (termasuk salah satu di antaranya adalah penjaga gawang), maka LIB dan PSSI segera menggelar rapat darurat untuk memberikan keputusan dalam tempo cepat dan setiap Keputusan bersifat final.

Di kejuaraan antar negera, di Piala Asia Wanita 2022, tim yang pemainnya banyak positif Covid-19 juga dilarang turut bertanding. India dianggap tak dapat memasukkan 13 pemainnya. Para pemain yang tersisa  tidak dapat dimainkan di pertandingan fase grup melawan Cina Taipei karena kurang dar13 orang karena Covid-19.

India dianggap telah mengundurkan diri dari kompetisi, dan semua pertandingan sebelumnya yang dimainkan oleh mereka akan dianggap batal dan tidak akan dipertimbangkan dalam menentukan peringkat akhir grup.

Ironisnya, India menjadi tuan rumah Piala Asia Wanita 2022, tergabung di Grup A.

Sedangkan Indonesia yang juga menjadi peserta, pertama kalinya lolos ke kejuaraan itu, tergabung di Grup B. Di fase grup Indonesia yang tak mempunyai kompetisi liga putri selama 2 tahun harus menelan pil pahit, digelontori lebih dari 20 gol tanpa balas.


Ada Apa?

Lalu sebenarnya apa yang terjadi sehingga 52 pemain harus tumbang positif Covid-19. Jika diambil rata-rata klub membawa 25 pemain, maka terdapat 450 pemain. Sebanyak 11 persen dari total pemain terpapar.

Semua klub sudah menyatakan kesiapannya untuk taat melaksanakan program Kesehatan (prokes). Hal itu memang terbukti dengan tidak adanya satu kasus pun selama berlangsungnya seri 1 hingga 3, baik pada pemain, staf pelatih dan ofisial tim.  

Terjadinya ledakan kasus saat ini harus diurai oleh PT LIB dengan serius dan terbuka. Jika dikaitkan dengan perubahan cuaca yang cukup ekstrem di Bali, mestinya sudah diantisipasi oleh Tim Satgas LIB dan diberitahukan ke semua klub. Bisa juga banyak anggota tim yang kekebalannya menurun, akibat kelelahan dengan jadwal pertandingan yang padat.

Pemain Persiraja sedang berlibur di pantai Bali. (Foto: serambinews.com)
Pemain Persiraja sedang berlibur di pantai Bali. (Foto: serambinews.com)
Sebaliknya, jika terjadinya lonjakan  positif Covid-19 disebabkan oleh kelalaian klub dalam mengawasi pemain dan ofisialnya, LIB harus berani mengambil sikap tegas. Begitu juga pihak kepolisian, seperti diucapkan oleh Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo Ketika menyerahkan izin kompetisi di Jakarta, 23 Agustus 2021.

Saat itu Sigit mengatakan, sanksi akan diberikan kepada klub yang melanggar prokes. Sanksi diberlakukan bertahap, mulai dari administrasi hingga tidak boleh mengikuti pertandingan.

Namun, LIB masih melihat bahwa banyak pemain dan ofisial yang positif Covid-19 lebih disebabkan adanya kelalaian prokes. Menurut Direktur Operasional LIB, hal ini tak lepas dari penerapan semi bubble di seri keempat Liga 1.

Rasanya aneh jika masalah penerapan semi bubble di seri ke-4 Liga 1 jadi salah satu penyebab utama. Mau semi atau tidak sistem  yang diterapkan, penerapan prokes mestinya hal yang mutlak dijalankan dengan segala resikonya.

Melalui media online dan media sosial bisa diketahu pemain-pemain dengan mudahnya ditemui di jalanan Pulau Dewata, khususnya di Kawasan Kuta dan sekitarnya. Mereka bebas berlalu lalang, ada yang bertemu fans dan berfoto Bersama. Tanpa memikirkan apakah yang mereka lakukan sudah benar atau tidak.

Tak hanya itu, ada juga yang kedapatan berkunjung ke beach club di Kawasan Canggu, Pantai, Melasti, dan sebagainya. Dari pantauan juga hotel tempat mereka menginap selama di Bali, masih dihuni oleh wisatawan atau orang lain.

Maka, menjadi pertanyaan besar, apakah positifnya 62 pemain itu bukannya jadi tanggungjawab klub yang jelas lalai atau kurang tegas menjalan prokes?. Pemain tentu tak bisa berjalan-jalan berama keluarga atau teman jika tak mendapatkan ijin. Ataukah mereka memang bebas melenggang tanpa perlu ijin?

Jika hal itu memang terjadi karena kelalaian klub, sepatutnya PT LIB memberikan sanksi. Hal ini agar menjadi pelajaran dan memberikan efek jera. Pembiaran tanpa ada tindakan pada akhirnya akan menyudutkan LIB dan PSSI, dengan dampak dilarangnya kompetisi 2022 mendatang. Kembalilah era gelap sepakbola kita.

Entah jika PSSI dan LIB memang tidak berani tegas, dan nasib kompetisi mendatang dipertaruhkan. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun