Mohon tunggu...
Kavya
Kavya Mohon Tunggu... Penulis - Menulis

Suka sepakbola, puisi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Wajah Lain dari Force Majeure Kompetisi Shopee Liga 1 2020 dan Liga 2 2020

3 April 2020   00:24 Diperbarui: 3 April 2020   00:26 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita ambil saja rata-rata gaji pemain di Shopee Liga 1 2020 yang Rp 30 Juta per bulan. Jika dipangkas seperempatnya mereka masih menerima Rp 7,5 Juta. Sedangkan karyawan dengan gaji Rp 3 Juta hanya menikmati Rp 750.000,- untuk biaya hidup sebulan.

Bukankah mereka di rumah saja, tak keluar ongkos? Benar, tapi bagaimana dengan SPP anak, belanja sehari-hari, bayar pulsa atau langganan internet setiap bulannya?.

Wajah Lain

Kondisi klub dengan Force Majeure juga memunculkan sisi lain dari semua tim yang berlaga di Liga 1 2020 yakni belum imbangnya keuangan klub saat menghadapi "bencana" seperti saat ini. Dari 18 tim peserta Shopee Liga 1 2020 hanya bisa dihitung dengan jari yang benar-benar sehat dan kuat segi finansialnya, sebut saja Persib Bandung misalnya.

Keadaan seperti itu semestinya menjadi pemicu bagi klub-klub untuk meningkatkan pendapatannya pada musim 2020 ini, dan musim-musim berikutnya. Inovasi dan kreativitas harus ditingkatkan, seiring dengan sumber daya manusia yang ada.

Sebuah klub dengan hanya memiliki 2-3 sponsor yang terpampang di dada pemain tentu tidaklah ideal karena jauh dari mencukupi untuk biaya mengarungi kompetisi, meski sudah ditambah dengan pemasukan dari tiket saat laga kandang. Pemasukan tiket diperkirakan maksimal 20% saja memberi masukan bagi kebutuhan tim. Bisa dipertanyakan, sejauh mana tenaga marketing klub itu telah bekerja secara maksimal dengan perolehan logo sponsor seperti itu.

Ceruk bisnis lainnya yang perlu ditingkatkan juga tak kalah pentingnya untuk dievaluasi. Jersey dan atribut lain misalnya, terutama bagi klub dengan basis fans yang besar, bisa menjadi pendapatan klub yang tidak kecil. Perlu dilihat seperti apa system produksi dan penjualannya. Jika perusahaan yang menaungi klub melihat aspek keuntungan besar dengan memproduksi sendiri, kenapa tidak dilakukan hal itu?.

Semoga virus Covid-19 segera berlalu, kompeti pun kembali bergulir, seperti halnya roda kehidupan yang lain. Ada yang hilang, kehilangan yang cukup besar dengan tiadanya kompetisi di tanah air (juga di belahan dunia lain). Sebagian diri kita yang hilang dengan tekel mematikan Covid-19 ini. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun