Satu hal lagi yang luput dari perhatian, TVRI bisa mendapatkan harga lebih murah karena tidak langsung membeli semua pertandingan ke operator kompetisi Liga Inggris. Stasiun televisi tersebut lewat Mola TV yang merupakan broadcaster resmi Liga Inggris tanah air.
"Selain itu, TVRI hanya mendapatkan satu pertandingan sepekan dan hanya satu rights free to air (FTA). Itu pun bukan laga yang super big match. Mungkin jenis rights-nya sekali tayang alias tidak boleh rerun. Bisa jadi juga dapat harga diskon karena Mola TV mungkin butuh TVRI agar terhindar dari gosip monopoli, Padahal, tidak ada kaitannya soal monopoli itu dalam jual beli program TV" kata Reva.
Hitungannya, jika nilai hak tayang Liga Inggris di Indonesia Rp 545 miliar, dibagi 380 pertandingan, maka per laga berkisar Rp 1,5 miliar. Sedangkan kompetisi Liga 1 dengan Rp 177 miliar untuk 306 laga jatuhnya Rp 578 juta. Hal ini jelas menunjukkan harga siar Liga Inggris jauh lebih mahal dibandingkan Liga 1.
Selain itu, perlu dicermati juga pernyataan Helmy itu sebagai pembelaan dirinya atas kasus pemecatan yang terjadi. Ia tak memaparkan data tentang partai atau laga mana yang sudah disiarkan oleh TVRI.
Penjelasan soal harga tayang Liga Inggris itu juga bisa dinilai tidak etis dari segi bisnis karena telah membocorkan nilai kontrak. Dalam konperensi persnya di Jakarta pada 21 Jun 2019 Helmi Yahya tidak mau membeberkan nilai kontrak TVRi dengan Mola TV soal tayangan Liga Inggris.
"Kami menolak memberi tahu masalah angka (kontrak) karena bagian dari bisnis, ini kerja sama TVRI dengan Mola TV, angka (kontrak) tidak boleh bocor," kata Helmy dalam konferensi pers tersebut. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H