"Oh, iya. Ose tidak mabok hari ini. Soalnya, ose baru habis antar perempuan kah?"
"Apa?! Ose bicara apa?" Suara papa Fredrick, terdengar meninggi. Nona, merapatkan telinga ke pintu. Sherly, ikut berjongkok di samping Nona.
"Beta dengar cerita, kalau ose sudah berapa hari ini antar perempuan."
"Beta tanya ose, siapa yang cerita?! Terus, beta antar perempuan siapa?!"
"Ose tidak perlu tahu, siapa yang cerita. Katanya, ada perempuan cantik selalu naik ose punya oto!"
Buk! Suara pintu terdengar ditinju. Nona dan Sherly, merapat kembali ke daun pintu. "Nah! Ini yang beta tidak suka dari ose. Sejak dulu, dari masih pacaran. Ose ada lihat sesuatu, atau ose dengar orang punya cerita. Ose langsung menyimpulkan dan tidak pernah mau tanya beta. Ose langsung cemburu seperti ini. Beta cuma mau bilang ose, stop dengan ose punya cemburu yang tidak jelas."
"Cemburu kan berarti cinta..."
Sherly menutup mulut, menahan tawa. Nona juga tersenyum mendengar perkataan mama Bata. Seperti, air yang menyiram panas hati sendiri. Suara papa Mathew, terdengar kembali. "Ose sudah tahu dan kenal beta sejak masih pacaran. Sekarang, beta sudah pilih ose buat jadi isteri. Jangan ose hancurkan rumah tangga yang sudah dibangun, dengan panas hati dan cemburu yang tidak jelas."
"Jadi, perempuan itu siapa?"
"Yeah, dia itu penumpang yang naik angkot. Beta juga tidak bisa larang. Kecuali, beta bawa oto seperti busway. Jadi, bisa tulis oto. Dilarang wanita cantik naik oto ini." Suara papa Fredrick, terdengar berdehem dan merendah. "Kalau beta sopir busway, ose mau jadi kondektur busway, sayang?!"
"Iya, sayang. Ose kasih ide buat pemerintah kota ambon jua. Biar, pemerintah bangun jalur busway di jembatan merah putih yang sudah mau jadi tuh."