"Beta sudah makan apa yang mama siapkan, papa." Samuel yang masih menekuni buku yang dibacanya, menjawab pertanyaan pak Kristo.
"Beta juga, papa Kristo." Kata, Ahmad.
Pak Kristo, tersenyum. "Papa senang karena mama selalu mendukung pendidikan anak-anak."
"Iya, papa. Anak-anak adalah masa depan bangsa dan negara kita."
***
"Menurut beta, Samuel yang harus menjadi perwakilan sekolah kita untuk lomba pidato." Berty, memberi pendapatnya.
"Beta tidak sependapat dengan ose, Berty." Rima, berkata. "Menurut beta, Delon juga fasih berbahasa Inggris."
"Menurut beta, Berty benar. Samuel itu calon unggulan. Dia cerdas dan pintar berbahasa Inggris." Mia, berkata.
"Beta tidak setuju dengan kalian." Pedro berdiri dan melempar batu ke arah laut. "Jangan karena Samuel termasuk kelompok Pattimura. Jadi, kalian mendukung Samuel. Beta setuju dengan Rima. Delon juga cerdas. Delon yang mendapat nilai tertinggi dalam pelajaran di kelas kita selama ini. Delon juga, ok."
"Memang Samuel dari kelompok Pattimura yang pas." Tika, ikut membantah pendapat Pedro.
"Kalian ini bicara apa?! Kita sudah bersatu selama ini. Kita sudah bekerja sama. Jangan karena Samuel dan Delon yang dicalonkan, dan sedang diseleksi untuk menentukan. Siapa yang akan terpilih mewakili sekolah kita..." John berhenti sebentar, menatap sahabat-sahabatnya satu persatu, yang sedang duduk di jembatan markas pertemuan. "Sehingga, kita menjadi terpecah kembali, antara Pattimura dan Reebok. Untuk memilih Samuel atau Delon?!"