"Beta nanti bawa laptop." Sisi, berujar.
"Beta akan cuci foto-foto hasil dokumentasi, saat pengumpulan buku dan anak-anak yang sedang membaca di perpustakaan." Ahmad, menggeser duduk dekat dengan Tika.
"Oh iya." Nona, mengingatkan anak-anak kelompok Pattimura dan kelompok Reebok. "Rumah Ahmad itu jauh di Nania. Apakah kita tidak belajar di rumah Sisi atau Berty, yang dekat dengan sekolah kita?"
"Oh, tidak." Ahmad menggeleng. "Beta rela naik ojek atau pun angkot, Bahkan, naik perahu pun akan kudayung, demi sampai di rumah Tika."
"Ha ha ha." Anak-anak kelompok Pattimura dan kelompok Reebok, tertawa terbahak-bahak. Pedro dan Samuel sampao menepuk meja, berteriak bersama. "Ancor, Ahmad."
"Wow! Ahmad sudah bisa jadi penyair. Ahmad, ose belajar buat kata-kata puisi itu dari mana?" Tanya Rima, salah saru anggota kelompok Reebok yang ikut bergabung.
"Beta belajar dari Khalil Gibran, Rima." Ahmad berdiri dari bangku, "Dari pada Berty?"
"Beta kenapa?" Berty, bertanya.
"Berty belajar buat puisi dari syair lagu..." Ahmad bergaya memainkan gitar sambil bernyanyi. "Dari pada sakit hati, lebih baik sakit gigi ini, biar tak mengapa..."
Anak-anak menertawakan Berty dan Ahmad, sambil ikut bernyanyi. "Rela-rela, rela, aku relakan. Rela-rela, rela, aku relakan..." Tika hanya tersenyum malu, pasrah menerima canda dan tawa sahabat-sahabatnya.
***