Dulu, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) masih dipandang sebelah mata karena merupakan sebuah tempat buku dan sejenisnya. TBM belum dijadikan sebagai tempat yang dapat berguna bagi kemajuan. Â Karena itulah, TBM sulit berkembang.
Bila dikaji lebih mendalam, TBM mempunyai posisi yang amat penting untuk mencerdaskan bangsa. Posisi ini tidak dimiliki oleh lembaga sejenis. Ada tiga posisi penting sebuah TBM, yaitu kedekatan dengan masyarakat, waktu buka, dan nirlaba.
Kedekatan dengan Masyarakat
TBM berada di tengah-tengah masyarakat. Lembaga itu langsung berhubungan dengan kepentingan masyarakat yang menganggapnya penting. Karena itulah, TBM memiliki posisi yang amat penting untuk memajukan bangsa karena berada di tengah mereka.
Berbeda dengan perpustakaan desa, sekolah, bahkan perpustakaan daerah. Perpustakaan desa berada di kantor desa. Perpustakaan sekolah berada di sekolah. Perpustakaan daerah berada di kota. Karena itulah, masyarakat enggan memanfaatkannya.
Waktu Buka
TBM dibuka 24 jam. Masyarakat bebas datang kapan saja. Pagi, siang, sore, bahkan malam siap melayani masyarakat. Jadi, masyarakat atau pengunjung bisa menyesuaikan waktu longgarnya untuk membaca dan atau memanfaatkan fasilitasnya tanpa mengganggu profesinya.
Berbeda dengan perpustakaan desa, sekolah, bahkan perpustakaan daerah. Perpustakaan desa, sekolah, dan daerah dibuka hanya pada jam-jam kantor atau dinas. Jelas waktu bukanya tidak mengakomodasi kepentingan masyarakat yang membutuhkan literasi.
Lembaga Nirlaba
TBM itu dibangun murni dari inisiatif perorangan dan atau komunitas yang sefrekuensi. Artinya, TBM tidak berorientasi mencari keuntungan. Murni bertujuan untuk mencerdaskan masyarakat melalui layanan literasi. TBM didirikan oleh mereka yang mempunyai integritas tinggi pada kemajuan bangsa karena bersedia bekerja meski tidak dibayar, bahkan mau keluar uang pribadi untuk membangun TBM.
Berbeda dengan perpustakaan desa, sekolah, bahkan perpustakaan daerah yang dibangun oleh pemerintah. Operasional dibiayai pemerintah. Yang lebih ironis lagi, bangunan megah dengan fasilitas yang wah itu sering mirip sebuah monumen tanpa pengunjung. Tidak sebanding dengan biaya yang telah dikeluarkan untuk membangunnya.
Karena itulah, posisi TBM harus diperkuat. Pemerintah harus memberikan perhatian lebih pada TBM. Entah pemberian bantuan buku, pelatihan, hingga penyediaan fasilitas agar keberadaan TBM makin dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Buku-buku yang tadinya dikirim ke sekolah-sekolah yang akhirnya menjadi tumpukan buku di gudang bisa dialihkan sebagian ke TBM. Pengelola TBM dilatih kemahirannya agar menjadi pustakawan profesional. TBM diberikan fasilitas wifi gratis agar bisa membantu masyarakat yang membutuhkan akses internet cepat dan gratis. Syukur-syukur TBM diberi fasilitas kendaraan operasional agar bisa melayani masyarakat yang terpencil. Mudah-mudahan.....!!!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI