TBM itu dibangun murni dari inisiatif perorangan dan atau komunitas yang sefrekuensi. Artinya, TBM tidak berorientasi mencari keuntungan. Murni bertujuan untuk mencerdaskan masyarakat melalui layanan literasi. TBM didirikan oleh mereka yang mempunyai integritas tinggi pada kemajuan bangsa karena bersedia bekerja meski tidak dibayar, bahkan mau keluar uang pribadi untuk membangun TBM.
Berbeda dengan perpustakaan desa, sekolah, bahkan perpustakaan daerah yang dibangun oleh pemerintah. Operasional dibiayai pemerintah. Yang lebih ironis lagi, bangunan megah dengan fasilitas yang wah itu sering mirip sebuah monumen tanpa pengunjung. Tidak sebanding dengan biaya yang telah dikeluarkan untuk membangunnya.
Karena itulah, posisi TBM harus diperkuat. Pemerintah harus memberikan perhatian lebih pada TBM. Entah pemberian bantuan buku, pelatihan, hingga penyediaan fasilitas agar keberadaan TBM makin dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Buku-buku yang tadinya dikirim ke sekolah-sekolah yang akhirnya menjadi tumpukan buku di gudang bisa dialihkan sebagian ke TBM. Pengelola TBM dilatih kemahirannya agar menjadi pustakawan profesional. TBM diberikan fasilitas wifi gratis agar bisa membantu masyarakat yang membutuhkan akses internet cepat dan gratis. Syukur-syukur TBM diberi fasilitas kendaraan operasional agar bisa melayani masyarakat yang terpencil. Mudah-mudahan.....!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H