Menjelang akhir acara, Hamdani memberikan tantangan kepada anak-anak untuk langsung mempraktikkan keterampilan yang telah mereka pelajari. Mereka diberikan tugas untuk menulis sebuah cerita di atas kertas folio yang sudah disediakan.
Johan mengatakan, dari hasil karya anak-anak tersebut, akan diseleksi dan diambil lima naskah terbaik. Pengarangnya akan diberikan hadiah berupa uang pembinaan. Semua karya peserta juga akan dihimpun dalam buku antologi cerita.
Dan terbukti, begitu anak-anak diberi kebebasan untuk mengambil tempat dan menulis secara leluasa, mereka antusias sekali. Ada yang menulis dengan beralaskan kursi, ada yang menulis di lantai beralaskan stopmap, ada pula yang menulis di sekitar kolam, dan ada pula yan menulis secara berkelompok di atas tikar di dekat rak buku.
"Biarkan mereka menulis sepuasnya. Kami ingin mereka merasa bebas dalam berkreasi," jelas Johan.
Melalui pelatihan tersebut, jelas Johan Wahyudi, TBM Mata Pena benar-benar menunjukkan komitmennya dalam mengembangkan bakat literasi anak-anak di wilayah sekitarnya.
Pelatihan yang tidak hanya berfokus pada aspek teknis penulisan, tetapi juga pada pengembangan imajinasi, diharapkan mampu mendorong lahirnya penulis-penulis cilik yang kreatif dan penuh semangat di masa mendatang.
Pelatihan menulis cerita tersebut bukanlah akhir dari kegiatan literasi di TBM Mata Pena, melainkan sebuah langkah awal yang lebih besar. Dengan semangat yang sudah terbangun, Johan Wahyudi berharap bisa terus menyelenggarakan kegiatan-kegiatan serupa untuk terus menginspirasi anak-anak dan menumbuhkan minat baca serta menulis di kalangan generasi muda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H