Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Harapan Guru kepada Mendikbud Baru

25 Oktober 2019   08:58 Diperbarui: 25 Oktober 2019   09:27 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari lalu, Pak Nadiem Anwar Makarim dilantik oleh Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Beliau ditunjuk untuk menggantikan posisi Pak Muhadjir Effendi. 

Banyak pihak menaruh harapan, khususnya guru, kepada Mendikbud baru ini yang konon menjadi menteri termuda sepanjang sejarah Indonesia. Lalu, apa saja yang diharapkan guru kepada Mendikbud baru?

Pertama, lakukan segera perampingan pelajaran di sekolah. Berkiblat ke pendidikan di negara-negara maju, ada penjenjangan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Dimulai dari tingkat TK dan SD kelas rendah (kelas 1-3), berikanlah pendidikan karakter. 

Jangan berikan buku-buku tematik yang tebal dan beratnya minta ampun. Lalu, berikanlah pelajaran dasar bagi anak-anak SD kelas tinggi (kelas 4-6) dengan materi yang sepadan dengan perkembangan psikologinya. Jangan diberikan pelajaran yang bikin anak-anak jenuh alias bosan.

Kedua, sederhanakan pelajaran di jenjang SMP dan SMA/ SMK. Berikanlah pelajaran yang bisa bermanfaat bagi masa depan mereka. Jangan diberikan pelajaran yang mubadzir alias buang-buang waktu, energi, uang, pikiran, dan emosi anak-anak. 

Untuk jenjang SMP, cukup pengetahuan dasar yang bisa mengarahkan mereka ke eksplorasi bakat dan minatnya. Lalu, di jenjang SMA, berikan pelajaran yang bisa mengeksplorasi rasa ingin tahu dan cipta-karsa anak-anak. Jangan diberikan pelajaran yang bikin mumet anak, tapi tidak berguna bagi masa depan mereka.

Ketiga, tata kembali jurusan di perguruan tinggi. Sumber dari segala sumber masalah pendidikan, menurut saya, berawal dari mudahnya kran program studi dibuka. 

Sejak kesejahteraan guru ditingkatkan melalui sertifikasi guru, sontak semua perguruan tinggi membuka jurusan keguruan. Akibatnya fatal. Antara kebutuhan guru dan jumlah murid tidak sebanding. 

Mestinya jumlah guru baru yang baru lulus dari perguruan tinggi bisa langsung dditerima di sekolah untuk mengajar. Namun, sekolah tak lagi kuat menanggung mereka karena jumlah siswa terbatas.

Keempat, secepatnya dilakukan pemetaan guru. Banyak guru baru lulus dan nganggur. Sementara itu, sekolah-sekolah di perkotaan berlebihan guru, sedangkan sekolah di pinggiran. Artinya, terjadi salah pemetaan kebutuhan guru. 

Bagi guru yang berstatus PNS/ASN, segera lakukan pemerataan ke seluruh pelosok nusantara. Jika menolak, berikan sanksi tegas.

Kelima, bersihkan pendidikan dari pengaruh radikalisme dan politik. Jadikan lembaga pendidikan sebagai tempat yang aman dan nyaman untuk belajar. Jauhkan sekolah sebagai tempat menanamkan benih-benih kebencian, intoleransi, dan radikalisme. 

Sangat berbahaya. Jika dokter salah obat, cuma satu pasien yang mati. Namun, jika guru salah ilmu, satu generasi bisa punah. 

Selain itu, sterilkan lembaga pendidikan (baca: sekolah) dari kepentingan politik. Jangan sekali-kali guru dibawa ke ranah dunia politik. Sangat berbahaya karena pengaruhnya bisa menginspirasi anak-anak untuk meniru gurunya. 

Sekolah adalah tempat pembentukan karakter dan transfer engetahuan dan keterampilan, bukan panggung politik yang dapat dijadikan ajang permainan politikus. Akibat fatalnya adalah guru menjadi terbelah berdasarkan perbedaan pilihan politik.

Itulah lima harapan guru kepada Mendikbud baru. Puluhan tahun dengan ratusan triliun uang digelontorkan untuk membangun dunia pendidikan, tetapi ternyata kualitasnya jalan di tempat. Sangat rugi kita ini. 

Dan kerugian itu berdampak ke lintas generasi layaknya efek domino. Dan pergantian Mendikbud ini harus dijadikan momentum dilakukannya perubahan besar-besaran. Ok?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun