Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas, pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, 30 pengarang dongeng terbaik Kemdikbud 2024, pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Mata Pena, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Kepala Sekolah dari Pusat?

29 Januari 2016   08:20 Diperbarui: 29 Januari 2016   09:41 1119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2. Terbangun semangat pluralistik atau keberagaman karena kepala sekolah dikirim oleh pemerintah pusat yang belum mengenal dan dikenal masyarakat (sekolah dan umum) di lokasi penempatan. Kepala sekolah tentu perlu menghargai dan menghormati budaya sosial dan adat sehingga terbangun semangat menghargai, mencintai, dan melestarikan kekayaan itu.

3. Kepala sekolah terpilih terhindar pula dari perilaku korupsi "balik modal" karena diangkat melalui seleksi pemerintah pusat secara transparan, kredibel, dan akuntabel. Akhirnya, model rekrutmen ini akan memantik semangat guru-guru hebat yang sarat prestasi untuk turut mengikuti seleksi calon kepala sekolah pada periode selanjutnya. Begitulah seterusnya dan seharusnya.

Kita tentu menginginkan prestasi dunia pendidikan meningkat seiring ditingkatkannya anggaran pendidikan. Sangatlah disayangkan jika besarnya anggaran pendidikan tidak diikuti oleh meningkatkan kualitas pendidikan. Dan kualitas pendidikan bisa ditingkatkan jika pimpinan satuan pendidikan terendah, yakni sekolah, berasal dari guru-guru berprestasi KARENA AIR ITU MENGALIR KE BAWAH.

Catatan:

Sebagian isi tulisan ini sudah diunggah di Facebook

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun