Oleh Johan Wahyudi
Guru SMP Negeri 2 Kalijambe
Â
Baru saja para siswa segala jenjang (SD/MI, SM/MTs, SMA/ SMK/ MA) merayakan kelulusan. Perjuangan bertahun-tahun itu telah membuahkan hasil yang begitu menggembirakan. Oleh karena itu, sangat wajar jika di banyak tempat terjadi euforia kegembiraan. Rasa bahagia tidak hanya dirasakan oleh para siswa, tetapi guru dan orang tua tentu menikmatinya pula.
Berkenaan dengan kelulusan itu, guru akan menjadi sorotan masyarakat atas pelaksanaan Ujian Nasional (UN). Seperti telah diketahui bahwa hasil UN masih dijadikan tolok ukur keberhasilan sekolah dalam mendidik para siswanya. Jika para siswa mampu meraih prestasi tinggi, sekolah dan guru dinilai berhasil. Sebaliknya, guru dan sekolah dinilai gagal jika nilai UN para siswanya rendah. Bahkan, caci maki akan diberikan jika ada siswa yang tidak lulus.
Guru sukses bukanlah guru yang hanya mampu memberikan prestasi akademik tinggi kepada para siswanya. Guru sukses adalah guru yang mampu mengubah perilaku para siswa. Ada tiga kriteria untuk menyebut guru sukses. Pertama, mampu mengubah perilaku siswa nakal menjadi santun. Di sekolah-sekolah tertentu, banyak siswa nakal dan tidak mendapatkan perhatian yang cukup dari gurunya.
Guru enggan, bahkan takut, menegur siswa nakal karena dikhawatirkan siswa pindah sekolah atau melaporkan gurunya jika terjadi kekerasan fisik. Seharusnya guru tidak boleh takut, bahkan menjadi sebuah kewajiban, menegur siswanya yang nakal agar berperilaku santun. Justru keberanian guru sangat diperlukan agar para siswa segan dan menaruh hormat kepada gurunya.
Kedua, mengubah awam menjadi ilmuwan. Guru merupakan sumber belajar paling penting di sekolah. Sebagai narasumber utama di kelasnya, guru perlu memiliki pengetahuan yang cukup sehingga para siswanya bisa dicerdaskan. Namun, penguasaan pengetahuan saja belum cukup. Guru perlu pula mahir menyampaikannya kepada para siswa.
Agar memiliki kecakapan, guru perlu menguasai beragam metode pembelajaran. Karena setiap siswa memiliki keunikan, guru perlu menyelaraskan metode mengajarnya agar materi pelajaran dapat dipahami dengan baik. Variasi metode pembelajaran itu akan memotivasi para siswa sehingga pembelajaran bisa dilaksanakan secara efektif. Timbulnya motivasi itulah yang akan membentuk kepribadian siswa menjadi calon ilmuwan.
Ketiga, mengubah sifat malas menjadi terampil. Guru tidak hanya mentransfer pengetahuan, tetapi juga memberikan bekal keterampilan kepada para siswa. Masing-masing pelajaran memiliki potensi keterampilan yang bisa dikembangkan guru sehingga potensi siswa pun bisa berkembang. Selain itu, potensi masing-masing siswa juga akan menghasilkan beragam kreativitas.