“Kepalaku pusing, Pak. Sudah dua hari ini, badanku juga kurang enak” jawabku. Mendengar jawabanku, dokter itu menghampiriku. Lalu, dokter itu mengeluarkan stetoskop.
“Tolong bajunya dibuka, Pak. Saya mau memeriksa detak jantung Pak Johan” perintah dokter itu.
Aku sedikit grogi. Ih, dokter kok menyuruh buka baju. Bikin malu aja. He..he..he….
Usai memeriksa detak jantung, dokter itu berkata, “Suntik ya, Pak? Tolong celananya dibuka!”
Eit, kurang ajar. Aku disuruh buka celana. Kurang ajar. Saya ini sakit kepala, mengapa pantatku yang akan disuntik? Tapi, ada benarnya juga.Masa’ kepalaku yang disuntik.Memangnya ban bocor. Tapi, saya mau sembuh. Akhirnya, saya pun menuruti permintaan dokter itu. Saya pun membuka celana: dikit saja. He..he..he… Dan Saya pun selesai diperiksa.
Saya mau berpamitan pulang. Namun, seorang petugas berkata, “Pak, bayar dulu!”
Bayar. Bayar apa? Dokter itu sudah melihat anggota badanku. Sudah menyentuh badanku. Sudah melihat “anu”ku. E, enak saja minta bayaran. Mestinya dia membayarku. He..he..he… Tapi, saya pun membayarnya juga meskipun nggrundel. Daripada diberi obat yang menambah rasa sakit.He..he….he……..
Teriring salam,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H