Mohon tunggu...
Johanis Malingkas
Johanis Malingkas Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Menulis dengan optimis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyelisik Budaya Perantau Orang Minahasa

14 April 2022   13:42 Diperbarui: 14 April 2022   14:34 1274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Paman saya jadi guru di Makasar dan karena adanya peristiwa Kahar Muzakar disana, paman saya tidak diketahui jejaknya bak di telan bumi. Selain itu, merantau karena ingin jadi pelaut. Pelaut kapal luar negeri dan dalam negeri.

Kedua, tidak semua perantau orang Minahasa mengalami sukses dalam pekerjaannya dan hidup mapan.Perantau ini bila pulang kampung akan disambut dengan sukacita oleh keluarga besar. Telah berhasil maupun tidak tetap disambut dengan ucapan syukur oleh keluarga terutama orang tuanya. Yang sukses tentu akan berupaya menyenangkan hati orang tua dengan membawa oleh oleh yang disukai orang tua bahkan ada yang suka merenovasi rumah orang tua.

Ketiga, saya teringat dulu ketika masih kecil bila paman saya seorang kapten kapal laut datang dan berlabuh di pelabuhan Manado saya dan keluarga diajak berkunjung ke kapal yang berlabuh.

Keempat, saya pernah mengetahui dulunya ada beberapa perantau yang sukses terutama dikalangan militer yang di godok jadi gubernur melalui organisasi KKK Jakarta, antara lain H V Worang, G H Mantik, Willy Lasut, EE Mangindaan, C J Rantung. Begitu juga di kalangan sipil Gubernur saat ini Olly Dondokambey. Bupati Minahasa Utara, Joune Ganda adalah sosok perantau yang sukses jadi pengusaha di Jakarta dan di promosi jadi bupati.

Kelima, saya salut terhadap para perantau di Jakarta. Mereka sangat peduli dengan saudara saudara yang tertimpa bencana alam di Manado. Ketika ada bencana banjir meluapnya air sungai Tondano, saya diajak menjadi koordinator penyaluran bantuan yang terkumpul dari mereka ke pihak yang terkena musibah. Ini artinya perantau ini pulkam bukan untuk pamer namun untuk mengakrualisasikan program peduli bencana alam.

Keenam, saya anggap bila ada perantau yang mudik atau pulang kampung dan membawa ole ole buat orang tua dan keluarga merupakan sesuatu hal yang wajar. Terlepas dia sukses atau tidak bahwa menyenangkan hati orang tua dan saudaura sebagai suatu kesenangan tersendiri. Rasa bahagia jumpa keluarga merupakan sesuatu yang tak ternilai dengan materi. 

Cinta dan kasih sayang adalah dasar utama yang tertanam dalam hati setiap insan perantau ini. Nilai nilai yang tertanam dari budaya dan adat yang selalu jadi pedoman hidup dan dilestarikan dan di tumbuh kembangkan.

Nah, saya akhiri tulisan ini dengan mengingat lagu lama nan manis Titiek Sandhora berjudul Merantau. Mungkin ada yang masih ingat bagian syairnya....Bila kuingat...masa yang telah silam...Kudibesarkan oleh ibuku dikampung halamanku...Tapi kini hanya...kenangan yang kualami.....


Begitulah.

Semoga bermanfaat.

JM-14042022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun