Konflik Rusia-Ukraina menjadi topik berita tren di jagad ini. Konflik yang terjadi justru dalam masa masa sulit akibat pandemi covid 19 dengan varian varian yang menakutkan.Â
Sementara itu, di negeri ini merebak berita kelangkaan minyak goreng, mogok produksi tahu tempe, korban investasi bodong dan lain sebagainya yang pada intinya menimbulkan suasana keprihatinan dan kesedihan hati.
Dampak yang muncul bagi kita tentunya berbeda beda dalam sudut pandang. Intinya, semua itu bikin perasaan manusia menjadi tegang dan menuju ke arah stress.
Rasa sedih akan merasuk hati dan pikiran kita. Padahal rasa sedih yang berkepanjangan itu tidak baik buat kesehatan mental kita.Â
Pagi ini saya menyimak artikel yang bikin hati jadi prihatin. Ada rasa sedih menyimak tulisan sahabat yang tertimpa kemalangan dan kesedihan. Wajarlah kalau kita menyimak keluhan kompasianer dan ikut merasakan apa yang dirasakan dan dialaminya.
Siapapun akan tersentuh hatinya kala membaca keluhan sahabat kompasianer. Simak di sini.
Nah, apakah memang telah hilang minat kita membaca tulisan tulisan humor sajian kompasianer? Benarkah jumlah pembaca tulisan humor di K sudah menurun?
Untuk menjawabnya diperlukan analisis penelusuran para kurator dan peneliti di kompasiana. Mungkin bung Ronny Rahman Noor atau bung Yos Mo punya kesempatan mencermati fenomena ini?
Tulisan ini tulisan biasa biasa saja. Hanya Untuk Membuat Orang Rileks. Kita perlu suasana rileks, santai dan nyaman. Jadi jangan segan segan bikin tulisan yang bernuansa humor di Kompasiana.
Saya teringat seorang bapak bernama Wim yang biasa dipanggil Om Wem. Bertubuh tegap dan sangat terkenal di kampung karena hobinya suka bercerita. Walaupun dia hanya seorang petani dan kadang jadi tulkang ojek namun karena sifatnya "gaul" dia dikenal di berbagai kalangan, orang tua, orang muda dan anak anak.
Saya sering ketemu dengan Om Wem di warung pojok dekat bioskop di kampung. Om Wem ini punya hobi nonton bioskop dan kerap nonton sampai dua kali film yang sama. Dia hafal semua adegan dari awal cerita hingga tamat.Â