Bank Indonesia. Mengapa? Karena Bank Indonesia sebagai otoritas  moneter secara independen dapat melakukan berbagai langkah untuk mengurangi tekanan pada industri perbankan di Indonesia.Â
Bank Indonesia akan bersinergi dengan lembaga lain dalam rangka mewujudkan dan menjaga kestabilan sistim keuangan, termasuk didalamnya Kementerian Keuangan, Otoritas jasa Keuangan serta Lembaga Penjamin Simpanan.
Sistem keuangan nasional yang stabil bersifat efektif dan efisien, serta mampu bertahan terhadap kerentanan internal dan eksternal sehingga alokasi sumber pendanaan bisa berkontribusi pada pertumbuhan dan stabiltas perekonomian nasional.
Upaya yang di tempuh Bank Indonesia yaitu:
* menerbitkan kebijakan dan peraturan untuk lembaga jasa keuangan.
* melakukan monitoring dan analisis risiko sistemik.
* mengidentifikasikan dan memberikan sinyal risiko.
* melakukan pemeriksaan terhadap lembaga jasa keuangan bila diperlukan.
Kebijakan Makroprudesial.
Kebijakan Makroprudential adalah kebijakan yang di tempuh Bank Indonesia dengan tujuan akhir meminimalkan risiko sistemik. Risiko sistemik dapat terjadi secara tiba-tiba dan tak terduga atau terjadi secara perlahan-lahan tanpa disadari atau dideteksi oleh berbagai pihak sehingga kebijakan yang tepat dapat terlambat diterapkan.Â
Efek negatif risiko sistemik pada perekonomian dapat dilihat dari peningkatan jumlah gangguan pada sistim pembayaran aliran kredit dan penurunan nilai aset. dalam definisi lain, risiko sistemik dirumuskan sebagai kombinasi dari keadaan keadaan yang mengancam stabilitas atau kepercayaan publik terhadap sistim keuangan yang menyebar sehingga dapat melumpuhkan fungsi sistem keuangan pada titik yang mengganggu pertumbuhan ekonomi dan menurunkan kesejahteraan masyarakat.