"Antapani, sudah habis Pak!" Sopir angkot mengingatkan.
Oalah, sudah di terminal. Aku menyodorkan selembar uang kecil, turun dari mobil lalu menyebarang jalan. Sesampainya di seberang aku tengok lagi angkot itu. Rupanya sudah berbalik arah, parkir di bawah pohon angsana di pinggir jalan di luar Terminal Antapani, menunggu penumpang ke arah sebaliknya.
Nak, pulanglah ke Garut ke kampungmu. Tak harus menunggu minggu depan. Tanamlah yang bisa kamu tanam. Tumbuhkan tanaman pangan sebanyak kamu mau. Jangan pedulikan kamu memiliki lahan atau tidak, sebagai petani penggarap atau hanya buruh tani. Tinggalkan angkot tua itu karena suatu saat nanti sopir-sopir kendaraan itu akan digantikan mesin artifisial intelegensia. Biarkan robot-robot itu yang merasa bosan menanti sulitnya mencari penumpang. Esok hari saat dunia mengalami krisis pangan dan energi kalian yang bertani di kampung akan menjadi pahlawan.
Tabe.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H