Mohon tunggu...
Johani Sutardi
Johani Sutardi Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan Bankir Tinggal di Bandung

Hidup adalah bagaimana bisa memberi manfaat kepada yang lain

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Potret Buram Kehidupan Orang Kecil

22 September 2023   19:03 Diperbarui: 27 September 2023   17:49 727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Tukang Pangkas (Sumber: Dokumen pribadi)

Aktivitas rutin yang nyaris tak pernah terlewati adalah pangkas rambut. Saking rutinnya, bercukur itu seperti sudah menjadi ritual bulanan.

Tidak pernah fanatik dengan model pangkas dan atau tukang cukur tertentu. Ini sangat berkaitan dengan tempat tinggal yang tidak menetap karena tempat bekerja yang berpindah-pindah tak kurang dari 30 tahun. Tidak pernah punya tukang pangkas langganan, ya senemunya.

Siang ini ketemu tukang pangkas baru. Ia mangkal di mulut gang dalam kios kecil sekadar bisa menaruh satu unit kursi yang menghadap cermin besar yang menempel di dinding. Di samping kursi pangkas ada bangku panjang dari kayu yang cukup untuk dua orang, untuk menunggu giliran. Dindingnya dari triplek berkombinasi dengan seng gelombang.

Ketika aku melongokkan kepala dari pintu kios pangkas itu tampak seorang bertelanjang dada, terperanjat. Tak ada orang lain yang duduk di kursi pangkas. Tak ada juga yang duduk di bangku panjang.

"Silakan, Pak."

Waduh, sudah tua sekali pikirku. Tidak mengapa, harus dicoba.

Tukang cukur itu "berusaha" bangkit dari duduknya. Untuk berdiri saja sepertinya membutuhkan energi lebih, betul-betul sudah renta. Ia menjawil kemeja usang yang dikaitkan di paku yang menempel dinding lalu dipakainya.

Aku duduk di kursi pangkas menghadap cermin. Mukaku tampak di cermin yang mulai buram itu. Tampak tua juga, 11/12 pikirku.

Saat gunting pangkas elektrik itu menyentuh kepala, rambutku terasa dijenggut. Bukan hanya tukang cukurnya, perlengkapan pangkasnya sudah tua juga, sudah kurang tajam.

Semua tukang pangkas konvensional itu karakternya hampir serupa. Mereka suka mengobrol. Boleh jadi kebiasaan mengobrol bagi tukang cukur merupakan terapi. Alat cukur manual yang digerakkan tangan tentu akan membuat jari-jari dan pergelangan tangan pegal dan kebas. Dengan mengobrol rasa capek itu karenanya akan terlupakan. Uniknya setelah peralatan pangkas serba modern dan mudah digunakan yang tentu saja tidak membuat lekas penat, kebiasaan mengobrol itu tidak hilang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun