Bapak tua tukang cukur kali ini pun mulai mengajak ngobrol saat pertama alat cukurnya merenggut rambutku. Awal obrolan tukang cukur hampir sama pada awalnya bertanya soal tempat tinggal, usia, jumlah anak, dan pekerjaan. Yang lupa ditanyakan oleh hampir semua tukang cukur adalah nama.
Kenyang menginterograsiku, ia pun membuka identitasnya. Ia Betawi asli katanya. Aku tercengang. Ada juga orang Betawi yang jadi tukang cukur, pikirku.
Setelah tahu kalau aku pensiunan dari bank, ia bercerita pengalaman berhubungan dengan bank. Aku manggut-manggut tertahan mendengarnya. Tidak berani mengangguk terlalu dalam, takut pisau cukurnya meleset memotong telinga.
"Penipuan!"
"Maksudnya penipuan?
"Ya itu, membuat rekening untuk menampung hasil penipuan."
"Oalaaahhh...!"
"Bukan saya yang menipu...!"
Ia pun melanjutkan cerita bahwa satu hari ia mendapat order untuk membuka rekening bank. Tergiur dengan upahnya, bermodalkan KTP ia pun membuka rekening tabungan di beberapa bank. Ia berhasil membuka 6 rekening dari 3 bank, satu dari bank negara sisanya bank swasta. Untuk satu rekening yang aktif dibuka, ia mendapat uang Rp 250 ribu. Setelah terbit, buku tabungan dan ATM segera diserahkan kepada pengorder yang sudah menunggu di halaman kantor bank, ditukar dengan uang yang dijanjikan.
"Besar sekali upahnya, setara mencukur lebih dari 10 kepala. Hehe, hehehe...!"
Aku nyaris menggeleng-gelengkan kepala tapi lagi-lagi takut pisau cukur meleset. Akhirnya aku hanya menggeleng di dalam hati. Gila, tukang cukur ini pikirku.
"Besoknya baru sadar. Apa gak bahaya ta? Bisa berurusan dengan hukum."
Lalu ia pergi ke kantor polisi, Bapak tua tukang cukur itu melanjutkan ceritanya. Ia melaporkan kehilangan ATM dan buku tabungan. Beruntungnya ia sempat mencatat nomor rekeningnya. Lebih beruntung lagi, polisi polsek itu tidak curiga dengan orang berpenampilan kumal itu tetapi punya 6 rekening tabungan bank. Berbekal surat laporan polisi itu, ia mendatangi bank.
"Alhamdulillah."
"Banyak uangnya?"
"Bukan banyak, beberapa masih bersaldo. Setelah dikurangi biaya penutupan rekening masih tersisa Rp 700 ribu lebih. Dobel untung, hehe, hehehe..."
Tetapi setelahnya ia kapok. Sempat beberapa malam ia sulit tidur memikirkan risikonya. Masih untung belum ada yang melapor sehingga tak harus berurusan dengan yang berwajib.