Mohon tunggu...
Johani Sutardi
Johani Sutardi Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan Bankir Tinggal di Bandung

Hidup adalah bagaimana bisa memberi manfaat kepada yang lain

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Memalukan, Pengalaman Pertama Menumpang Pesawat Terbang

5 Maret 2021   16:54 Diperbarui: 6 Maret 2021   19:11 1639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Istirahatlah dulu, taksi yang bisa mengantarkan kau ke Sidempuan baru akan berangkat nanti malam!" Mama, ibunya Robert menasihati ia pun permisi mau istirahat. Taksi pun sudah dipesan lewat telpon, katanya.

Berangkat ke Padangsidempuan naik taksi, malam pula? Ah, sudahlah.

Malam sehabis magrib, taksi untuk tujuan ke Padangsidempuan sudah menjemput di halaman rumah. Klaksonnya berbunyi dua kali sebagai tanda. Aku melongok lewat pintu sambil menyeret kopor. Tampak mobil minibus L300 parkir di depan rumah.

Lampu jalan yang cukup terang membuat aku bisa melihat dengan jelas warna mobil itu bercat putih polet garis-garis di sampingnya berwarna hijau mengapit tulisan "SIMPATI" sebagai nama taksi.

Kami naik ke kursi paling belakang. Rupanya di situ sudah ada 2 penumpang laki-laki. Jadi kami berempat, kelima putri kecil kami yang dipangku ibunya. Cukup berdesak-desakan.

"Ingat ya, setiap ada yang turun kau tengok ke belakang. Perhatikan tas dan kopormu." Mama, membisikan nasihat ke telingaku. Aku mengangguk. Setelah kopor dan tas meringkuk di bagasi belakang dengan aman mobil pun berangkat pergi dengan sebelumnya sopir membunyikan klakson dua kali.

"Tid-tid...!"

Taksi itu tidak langsung berangkat ke tujuan tetapi masih mampir-mampir menjemputi penumpang, hingga semua kursi terisi.

Satu jam perjalanan dari Medan jalanan sudah senyap. Kiri-kanan kebun sawit. Dua jam perjalanan jalanan makin sunyi plus dingin. Kiri-kanan berubah kebun karet. Bau olahan karet menusuk hidung tertiup angin yang berhembus lewat celah-celah kaca jendela mobil yang tak tertutup rapat. Belum ada penumpang yang turun.

Mata mulai diserang kantuk, tetapi aku bertahan ingat pesan mama, "Setiap ada penumpang turun, kau tengok ke belakang. Perhatikan tas dan kopormu!"

Tanpa kudengar satu atau dua penumpang minta turun, tiba-tiba mobil berhenti. Aku menengok ke belakang, menunggu pintu bagasi dibuka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun