Teman saya yang  juga petugas perpustakaan sering menginfokan tentang Manga Jepang baru yang sengaja ia selipkan di daftar pembelian buku baru tiap tahun.
Manga-manga seperti seri Dragon Ball yang panjang itu sering saya baca berulang-ulang. Akses masuk perpustakaan di luar jam baca saya peroleh dari teman pengelola perpustakaan. Ia punya kunci cadangan yang membuat kami bisa leluasa keluar masuk perpustakaan kapan pun.
Praktis 2 tahun sebelum tamat, waktu terbanyak saya habiskan di perpustakaan sekolah. Saya bahkan bisa memetakan ternyata ada ratusan kawan yang tergila-gila dengan bacaan. Saya merasa sedikit rugi karena pengalaman dengan romo Alex baru saya temukan di saat berada di sekolah menengah Atas (SMA).
 Sejak sekolah menengah Pertama (SMP) saya pikir dominasi cerita hanyalah bola dan musik. Dua hal yang saat itu sama sekali tidak saya kuasai. Tiga tahun awal menjadi waktu paling membosankan karena di tiap sudut asrama bahan pembicaraan hanya seputar sepak bola, tim bola, klasemen sementara dan musik.Â
Pertemuan dengan romo Alex mengubah semuanya. Saya makin menyukai duduk membaca karya-karya menarik di perpustakaan. Menemukan teman diskusi tentang buku, bahkan buku-buku macam Manga yang tentu saja tidak akan diperbincangkan secara leluasa di kamar tidur atau ruang kelas.
Dua tahun terakhir saat di SMA kala itu, saya mendaptkan teman yang sefrekuensi. Saat pesta ulang tahun sekolah ke 75, tahun 2005, saya mencoba membuat tulisan untuk mengikuti lomba menyongsong ulang tahun sekolah. Ada banyak teman yang sudah dikenal luas di sekolah sering menulis. Bahkan sering menjuarai perlombaan menulis tingkat kabupaten, provinsi maupun nasional.
Saya menulis saja. Mencoba teknik menulis romo Alex dan hasil membaca beberapa buku sumber plus pengalaman menulis catatan rohani. Saat pembacaan hasil lomba, nama saya diumumkan sebagai juara pertama lomba menulis cerita pendek. Label tambahan dari para juri "pemenangan cerpen dengan isi cerita paling personal sekaligus universal" saya garuk-garuk kepala sambil menatap seisi asrama yang bingung. Saya tahu isi kepala mereka pasti bertanya-tanya, mengapa saya?
Amplop hasil juara bertuliskan juara satu, dan uang di dalamnya, saya simpan selama satu tahun. Tiap malam sebelum tidur saya akan membuka lemari hanya untuk menatap amplop itu dan merasakan pantulan energi positif dalam diri. Saya merasa makin percaya diri, apalagi saat kelas bersama romo Alex, bagi saya seperti kelas itu amat penting dari semua hal di dunia ini. Terima kasih romo Alex, selamat hari guru, panjang umur bahagia selalu. Salam ke Mataloko.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H