Mohon tunggu...
Johanes Marno Nigha
Johanes Marno Nigha Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar

Sedang Senang Menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dari Homerus Sampai Manga Jepang, Selamat Hari Guru Romo Alex!

25 November 2022   11:28 Diperbarui: 25 November 2022   11:44 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Romo Alex sedang mengikuti rapat para guru (doc. Semat)

Tahun 2002, kala itu saya duduk di bangku kelas 1 Sekolah Menengah Pertama (SMA).  Kami mendapatkan seorang guru baru pengampu Matapelajaran Bahasa Indonesia, namanya Romo Alex Dhae Laba, Pr. Seminggu setelah pertemuan pertama ia memberi tugas membuat tulisan bebas sebagai awal perjumpaan kami. 

Suatu sore tiba-tiba saja beliau memanggil saya ke kamarnya. Ia marah-marah sepanjang satu jam, soal mengapa paragraf saya kacau, tanda koma dan titik tidak tepat dan berantakan, belum lagi makna kalimat yang membingungkan. Percakapan sore itu menjadi semacam kursus singkat untuk saya. Ia  membetulkan seluruh baris tulisan paragraf saya dan memberi saya tips menulis yang baik. Entah mengapa saya senang karena untuk pertama kali ada guru yang seniat itu membantu saya menulis, memperbaiki tulisan saya, membaca tulisan saya secara sungguh-sungguh.

Padahal menurut sebagian besar kawan kelas tulisan saya kacau mengarah ke tidak bisa dibaca sama sekali. Apresiasi romo Aleks sore itu saya simpan dalam hati. Seminggu kemudian saat matapelajaran Bahasa Indonesia, saya berniat menyimak dengan sungguh-sungguh.  Saat itu materi pembelajaran tentang menyusun karangan deskripsi. 

Beliau menjelaskan lewat teknik bercerita. Ia membawa kami menuju taman. Masing-masing siswa kemudian diminta mengamati situasi sekitar lalu mulai membuat catatan tentang objek, menghidupkan objek dalam imajinasi serta mengembangkan cerita.

Saya membuat catatan atas amatan tentang objek pohon. Setelah proses pengamatan dan pencatatan beliau kemudian menantang para siswanya untuk membaca. Saya menunjukan jari, untuk kemudian menjadi orang ketiga  untuk mebacakan hasil tangkapan objek. Ia senang mendengar hasil tulisan saya. Saat duduk, kawan di sebelah saya bergumam"tulisanmu bagus". Saya  makin percaya diri.

Di sekolah asrama, kami mempunyai kebiasaan membuat catatan atas bacaan kitab suci. Momen pertemuan dengan romo Alex dan gumaman teman tadi, saya pakai untuk semakin serius dalam menulis catatan rohani atas bacaan kitab suci. Kami menyebutnya meditasi tertulis.

Sejak itu tiap malam sebelum waktu tidur pukul sembilan, saya akan menggunakan waktu 30 menit untuk membuat catatan secara lebih sungguh.

Romo Beny, pimpinan asrama kami menyukai tulisan-tulisan saya. Ia kerap memberi catatan singkat yang membuat saya senang dan makin rajin menulis catatan rohani.

Di sela-sela catatan rohani saya membeli diary kecil untuk mulai mencatata apa saja yang saya alami selama di asrama maupun di sekolah. Saya menjadi suka mengamati, mencatat dan membuat penilaian-penilaian sederhana tentang apa yang saya lihat.

Kebetulan perpustakaan sekolah kami menjadi salah satu perpustakaan dengan kumpulan koleksi buku-buku klasik yang lengkap. Mungkin saja menjadi yang paling lengkap hingga kini untuk Provinsi NTT. Sekolah kadang memasukan waktu membaca khusus dalan seminggu yang dipakai untuk mengakses buku-buku dan membuat ringkasan bacaan. Pengalaman dengan romo Alex dan catatan kecil membuat saya suka berlama-lama di perpustakaan. Membaca karya-karya klasik Homerus dari Yunani, atau sekadar membolak balik buku bahasa inggris bergambar yang tidak saya pahami.

Teman saya yang  juga petugas perpustakaan sering menginfokan tentang Manga Jepang baru yang sengaja ia selipkan di daftar pembelian buku baru tiap tahun.

Manga-manga seperti seri Dragon Ball yang panjang itu sering saya baca berulang-ulang. Akses masuk perpustakaan di luar jam baca saya peroleh dari teman pengelola perpustakaan. Ia punya kunci cadangan yang membuat kami bisa leluasa keluar masuk perpustakaan kapan pun.

Praktis 2 tahun sebelum tamat, waktu terbanyak saya habiskan di perpustakaan sekolah. Saya bahkan bisa memetakan ternyata ada ratusan kawan yang tergila-gila dengan bacaan. Saya merasa sedikit rugi karena pengalaman dengan romo Alex baru saya temukan di saat berada di sekolah menengah Atas (SMA).

 Sejak sekolah menengah Pertama (SMP) saya pikir dominasi cerita hanyalah bola dan musik. Dua hal yang saat itu sama sekali tidak saya kuasai. Tiga tahun awal menjadi waktu paling membosankan karena di tiap sudut asrama bahan pembicaraan hanya seputar sepak bola, tim bola, klasemen sementara dan musik. 

Pertemuan dengan romo Alex mengubah semuanya. Saya makin menyukai duduk membaca karya-karya menarik di perpustakaan. Menemukan teman diskusi tentang buku, bahkan buku-buku macam Manga yang tentu saja tidak akan diperbincangkan secara leluasa di kamar tidur atau ruang kelas.

Dua tahun terakhir saat di SMA kala itu, saya mendaptkan teman yang sefrekuensi. Saat pesta ulang tahun sekolah ke 75, tahun 2005, saya mencoba membuat tulisan untuk mengikuti lomba menyongsong ulang tahun sekolah. Ada banyak teman yang sudah dikenal luas di sekolah sering menulis. Bahkan sering menjuarai perlombaan menulis tingkat kabupaten, provinsi maupun nasional.

Saya menulis saja. Mencoba teknik menulis romo Alex dan hasil membaca beberapa buku sumber plus pengalaman menulis catatan rohani. Saat pembacaan hasil lomba, nama saya diumumkan sebagai juara pertama lomba menulis cerita pendek. Label tambahan dari para juri "pemenangan cerpen dengan isi cerita paling personal sekaligus universal" saya garuk-garuk kepala sambil menatap seisi asrama yang bingung. Saya tahu isi kepala mereka pasti bertanya-tanya, mengapa saya?

Amplop hasil juara bertuliskan juara satu, dan uang di dalamnya, saya simpan selama satu tahun. Tiap malam sebelum tidur saya akan membuka lemari hanya untuk menatap amplop itu dan merasakan pantulan energi positif dalam diri. Saya merasa makin percaya diri, apalagi saat kelas bersama romo Alex, bagi saya seperti kelas itu amat penting dari semua hal di dunia ini. Terima kasih romo Alex, selamat hari guru, panjang umur bahagia selalu. Salam ke Mataloko.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun