Aksesibilitas juga menjadi salah satu hambatan yang signifikan. Beberapa wilayah perkebunan sawit rakyat di Mesuji berada di daerah yang terpencil dan sulit dijangkau, yang menghambat akses informasi serta partisipasi dalam program PSR. Kesulitan geografis ini membuat dinas perkebunan atau instansi terkait sulit menjangkau petani untuk melakukan sosialisasi atau pendampingan langsung.
6. Masalah Kepercayaan terhadap Program Pemerintah
  Ditemukan bahwa adanya keraguan di kalangan petani terhadap PSR, di mana beberapa petani merasa tidak yakin bahwa program ini akan memberikan manfaat jangka panjang bagi mereka. Kurangnya kejelasan tentang dukungan jangka panjang, serta keraguan terkait prosedur peremajaan, mengurangi minat mereka untuk mendaftarkan diri dalam CPCL.
7. Keterbatasan Teknologi dalam Pengumpulan dan Verifikasi CPCL
  Sistem manual yang digunakan dalam pengumpulan data CPCL sering kali menyebabkan keterlambatan dalam proses verifikasi. Petani belum terbiasa menggunakan teknologi untuk mendaftar atau melacak status CPCL mereka. Ini berakibat pada penurunan efisiensi dan akurasi data yang terkumpul, serta membuat proses menjadi lebih lambat dan rentan terhadap kesalahan administratif.
Temuan ini menunjukkan bahwa pengumpulan CPCL di Kabupaten Mesuji mengalami hambatan yang kompleks, baik dari segi legalitas, administrasi, kurangnya pendampingan teknis, hingga keterbatasan teknologi. Rekomendasi temuan ini mencakup peningkatan sosialisasi, penyederhanaan proses administrasi, penerapan teknologi pendukung, dan pendampingan intensif untuk meningkatkan jumlah CPCL yang memenuhi syarat dalam PSR.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H