Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ketika Positivitas Menjadi Toksik

19 September 2021   07:23 Diperbarui: 19 September 2021   07:28 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manfaat menemukan "titik manis" ini, dan mampu benar-benar duduk dengan emosi-emosi kita, adalah kita menjadi lebih mampu menghadapi situasi serupa di masa depan, dengan kata lain, kita menjadi lebih tangguh. Tentunya itu kebahagiaan jangka panjang ketimbang menuntut agar kita mempertahankan positivitas 24/7. Kita harus beraspirasi untuk bisa  mengatasi rollercoaster kehidupan dengan cara yang semakin baik, dan membantu orang lain mengatasi pasang surut mereka dengan lebih memahami dan membuka diri tentang kita.

"Ironi untuk mengakhiri dengan sebuah kutipan inspirasional tidak menghilang dari saya, tetapi itu adalah sesuatu yang baik," kata penulis David Levithan: "Jangan hanya mencari kebahagiaan untuk diri sendiri. Carilah kebahagiaan untuk semua orang."

Ilustrasi. Sumber: Planet Mindful, September- October 2021, hlm. 30-31.
Ilustrasi. Sumber: Planet Mindful, September- October 2021, hlm. 30-31.
3 Alasan Terlalu Positif Bisa Menjadi Hal yang Buruk
1. Mencegah Pengalaman Dibagikan

Jika kita hanya menanggapi kekhawatiran teman kita dengan positif, kita tidak akan mengetahui apa yang menyebabkan krisis dia, yang tidak hanya berdampak buruk bagi dia secara pribadi tetapi juga secara sosial.

2. Menghambat Interaksi Antar-Manusia yang Autentik
Orang yang mengalami masa sulit tidak hanya membutuhkan seseorang untuk diajak bicara, dia membutuhkan seseorang untuk mendengarkan. Proses ini, jika tulus, bisa memperkuat hubungan dan menciptakan koneksi yang autentik. Positivitas toksik memblokir saluran koneksi ini.

3. Menghentikan Kita Membangun Ketahanan
Jika kita tidak bisa memahami dan bergerak melalui emosi ketika emosi itu muncul, kita mungkin akan merasa lebih sulit untuk menghadapi perasaan yang sama di kemudian hari.
Positivitas toksik menghambat pengembangan mekanisme penanganan masalah lainnya yang berharga.

Kepustakaan
1. Rowe, Jenny, When Positivity Turns Toxic, Planet Mindful, September- October 2021, hlm. 28-31.
2. Diary Johan Japardi.
3. Berbagai sumber daring.

Jonggol, 19 September 2021

Johan Japardi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun