Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ketika Positivitas Menjadi Toksik

19 September 2021   07:23 Diperbarui: 19 September 2021   07:28 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: Planet Mindful, September- October 2021, hlm. 28-29.

Baru-baru ini, pada 2018, sebuah kajian terhadap 1.300 orang dewasa menemukan bahwa orang-orang yang terbiasa menerima pikiran dan emosi yang menantang ketimbang menghakimi cenderung memiliki kesehatan psikologis yang lebih baik dalam jangka panjang.

Dalam jangka pendek, terlalu banyak positivitas, terutama segera setelah sebuah krisis, bisa  membuat kita merasa bahwa memiliki emosi negatif, misalnya kesedihan, ketakutan, kecemasan, kemarahan, atau kecemburuan, merupakan kegagalan atau kelemahan, padahal sebenarnya itu adalah bagian tak terpisahkan dari pengalaman manusia.

Pelatih dan penulis Neuro-Linguistic Programming (Pemrograman Neurolinguistik), Rebecca Lockwood (rebeccalockwood.org.uk), yang membantu para kliennya mengubah pola pikir dan perilaku untuk mencapai tujuan mereka, menjelaskan bagaimana hal ini bisa terwujud: "Jika Anda menemukan diri Anda sedang mencoba untuk menghilangkan emosi-emosi Anda, itu bisa menjadi tanda bahwa positivitas di sekitar Anda telah berlebihan."

Indikasi lainnya adalah jika Anda merasa bersalah karena merasa negatif atau sedih tentang sesuatu karena Anda tidak bisa "melihat sisi baiknya," Anda mungkin mencoba mulai menyembunyikan perasaan Anda dari orang-orang di sekitar Anda jika mereka berulang kali membuat perasaan Anda menjadi tidak sahih dengan mengingatkan Anda bahwa "bisa lebih buruk dari itu."

Sama halnya, Anda sendiri mungkin seorang positivis toksik. Apakah seseorang kehilangan pekerjaan atau dompetnya, atau mungkin hanya ketinggalan pesawat atau promosi, kata-kata hampa seperti "teruslah tersenyum" atau "dunia belum kimat" mungkin tidak dianggap sebagai komentar simpatik atau meyakinkan seperti yang Anda maksudkan.

Itu benar-benar bisa dimengerti, karena penggunaan ungkapan-ungkapan itu melindungi keadaan bahagia kita sendiri, dengan menghindari kebutuhan untuk berempati, kita menghindari keharusan merasakan emosi negatif itu sendiri. Tetapi komentar-komentar tersebut  menyiratkan bahwa kebahagiaan adalah pilihan, dan orang-orang tersebut mungkin merasa seolah-olah mereka disalahkan atas penderitaan mereka sendiri, seolah-olah pola pikir merekalah yang memperpanjang penderitaan mereka.

Jadilah Cermin Bukan Dinding
Untuk menilai kembali reaksi naluriah Anda ketika seorang teman mendekati Anda untuk meminta dukungan atau berbagi kabar buruk, pertama-tama pertimbangkan kronologi kejadiannya. Jika emosi teman Anda masih baru, positivitas tidak mungkin beresonansi dan mungkin lebih berbahaya ketimbang berdampak baik.

Alih-alih, tanyakan bagaimana perasaan teman Anda, dengarkan dengan penuh perhatian dan berempati dengannya dengan berbagi pengalaman atau perasaan serupa yang Anda miliki. Ini akan meyakinkan dia bahwa apa yang dia rasakan adalah normal dan bahkan mungkin memberinya harapan yang nyata, bukan dangkal. Kemudian, setelah lewat beberapa lama dan situasinya membaik, mungkin baru lebih cocok untuk membagikan sentimen-sentimen yang positif.

Jika Anda sendiri yang menerima terlalu banyak positivitas dari teman Anda, penting untuk diingat bahwa teman tersebut tidak bermaksud mengabaikan perasaan Anda. Kemungkinan besar dia mencoba yang terbaik untuk membantu tetapi tidak tahu harus berkata apa lagi. Cara terbaik yang bisa Anda lakukan untuk merespons adalah dengan menjelaskan bahwa Anda menghargai perasaan dia. Ini bisa mencegah percakapan ditutup secara tiba-tiba di masa mendatang.

Jika Anda merasa sudah mulai mengubur emosi-emosi negatif Anda sendiri dengan afirmasi positif, buatlah jurnal. Mulailah dengan menuliskan apa yang bisa Anda lihat di sekitar Anda, lalu apa yang bisa Anda dengar dan akhirnya apa yang Anda rasakan. Ini akan sangat membantu Anda untuk memahami apa yang terjadi pada saat itu alih-alih mengabaikan dan tidak menghadapinya.

Rollercoaster Menuju Ketahanan
Kabar baiknya adalah positivitas dan negativitas tidak saling eksklusif. Seperti banyak hal lain, sebuah keseimbangan bisa dicapai. Dalam hal ini, itu mungkin berarti merasa kesal saat ini sambil melihat ke depan menuju waktu yang lebih baik, yang tidak terlalu lama dari sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun