Soto Betawi mas Yanto.
***
Saya sudah menayangkan tentang soto Medan, yang merupakan paparan pertama saya dengan soto Nusantara: Soto Medan Legendaris Plus Resep Soto Udang Kelong. Dalam artikel itu saya juga membagikan resep soto udang kelong saya kepada para pembaca.
Sampai saat ini, preferensi saya masih soto yang kuahnya bersantan, dan di sekitar tempat tinggal saya ada 3 penjual soto, dengan waktu berjalan kaki dari rumah untuk mencapainya:
1. Soto Lamongan mas Yoyo: 3 menit.
2. Soto Bogor: 10 menit.
3. Soto Betawi mas Yanto: 12 menit.
Dari ketiga pilihan ini, jelas, sesuai preferensi saya adalah soto Betawi yang bersantan, lalu soto Lamongan dan soto Bogor.
Saya lebih sering menyantap soto Lamongan mas Yoyo dan soto Betawi mas Yanto, keduanya sahabat saya, dan belum pernah mencicipi soto Bogor yang memang baru dibuka belakangan ini.
***
Tempat berjualan soto Betawi mas Yanto berada persis di seberang toko buku pak Amril (lihat artikel saya: Situasi Terkini 3 Pedagang Kawakan Buku Bekas), jadi setiap kali saya berkunjung ke salah satu tempat ini, saya selalu meluangkan waktu untuk menyinggahi tempat yang satu lagi, dan kadang-kadang sambil membeli obat-obatan di sebuah apotek yang berdekatan.
Kemarin siang, saya ke toko buku pak Amril, dan seperti biasa, saya langsung ditawari buku-buku tua yang berkualitas, kali ini adalah majalah Intisari, 5 bundel, 29 majalah dari tahun ke-1 (Agustus - Desember 1963), tahun 1966, dan 1969, dan karena saya belum ada dalam koleksi di perpustakaan pribadi saya, saya pun membawa pulang majalah-majalah ini.
Sebelum ke toko buku pak Amril, saya bersantap siang di warung soto Betawi mas Yanto (lihat foto judul). Warung ini menyediakan menu soto dan sop.
***
Saya memesan seporsi soto Betawi dengan bahan daging sapi dan sedikit kikil. Mas Yanto sedang melayani delivery order, jadi soto yang saya pesan pun langsung disiapkan oleh isteri mas Yanto. Anak mereka, Ayu, adalah salah seorang murid harmonika saya, persis murid yang ke-50: Koleksi Harmonika Langka Saya.
***
Kira-kira 2 menit kemudian, pesanan saya pun sudah terhidang di meja.
Preferensi saya juga sudah dengan jelas diketahui oleh mas Yanto maupun isterinya: seporsi nasi putih lengkap dengan taburan bawang merah goreng, soto daging campur kikil dengan tambahan potongan kentang rebus, emping, tanpa irisan tomat (kecuali jika saya mau, saya beritahu terlebih dulu), dll, serta beberapa irisan jeruk rimo terpisah. Minuman yang saya pesan juga seperti biasanya, secangkir teh tawar hangat.
Hidangan pesanan saya.
***
Di meja selalu tersedia garam untuk ditambahkan ke soto jika pelanggan ingin lebih asin, sebuah wadah berisi sendok dan garpu, acar campuran cabe rawit hijau, mentimun, dan wortel, sambal, dan tak ketinggalan, kecap manis.
Saya pun menyantap soto daging campur kikil yang saya pesan itu sampai habis.
Yang saya senangi dari soto Betawi mas Yanto ini adalah pelayanannya yang top notch, bahan-bahan seperti kuah dan kentang rebus bisa kubota (kurang boleh tambah), kecuali emping yang bisa dibeli per bungkus.
Dari segi harga, banyak orang yang mengatakan bahwa soto Betawi mas Yanto relatif mahal, tapi kualitasnya selalu terjamin dan bahan-bahan baku yang digunakan adalah bahan-bahan segar pilihan, bahkan sudah semakin banyak orang di lingkungan perumahan kami yang memesan soto mas Yanto via pesan WA.
Saya lebih suka langsung makan di warung mas Yanto karena kuah sotonya pasti masih lebih hangat ketimbang yang dipesan antar, dan alasan kubota yang saya sebutkan di atas.
Sebelum saya selesai makan, mas Yanto pun sudah pulang dari mengantar pesanan.
Catatan:
Berhubung karena mas Yanto dan isteri agak canggung difoto, maka semua foto yang saya ambil hanya warung dan bahan-bahan makanan yang tersedia.
Jonggol, 15 September 2021
Johan Japardi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H