Isyarat Artifisial bagi Kegagalan atau Kesuksesan
Kita sering menilai diri kita sendiri, dan menetapkan sikap dan harapan kita, sebagai respons terhadap isyarat-isyarat eksternal, yang bisa positif atau negatif.
Contoh respons-respons tersebut diberikan di bawah ini.
Berhentilah sejenak untuk memikirkan peranan respons-respons itu dalam mengatur suasana hati Anda. Mindfulness membantu kita menjaga respons-respons seperti itu dalam perspektif, dan melihat kehidupan secara keseluruhan.
Positif
- Pujian dari orang lain.
- Hasil yang baik.
- Hari yang dimulai dengan baik.
- Hari yang berakhir dengan baik.
- Kabar baik tentang kemajuan.
- Melakukan lebih dari yang Anda harapkan.
Negatif:
- Kritik dari orang lain.
- Hasil yang buruk.
- Hari yang dimulai dengan buruk.
- Hari yang berakhir dengan buruk.
- Kabar buruk tentang kemajuan.
- Melakukan kurang dari yang Anda harapkan.
Potensi Sehari-hari
Sangat mudah untuk menjadi bingung tentang apa arti realisasi diri sebenarnya. Realisasi diri tidak sama dengan prestasi, yang memiliki nada membuat sebuah kesan bagi publik, mendapatkan pujian atau penghormatan dari antara sesama kita.
Misalnya, dalam mempertimbangkan apakah akan mengorbankan karier mereka untuk menjadi ibu, banyak wanita membayangkan bahwa ranah rumahtangga lebih rendah daripada ranah profesional.
Sudah barang tentu, faktanya tergantung pada prioritas pribadi: bagi siapa saja yang memilih untuk menjadi ibu rumahtangga penuh waktu, tentu saja realisasi diri itu automatis menjadi unggul.
Jika kita menjadi bingung tentang arti realisasi diri, mindfulness  bisa memperjelas prioritas kita yang sebenarnya dan mencegah perasaan bersalah kita jika kita menolak pilihan lain. Ini juga bisa membantu kita melepaskan diri dari pendapat orang lain, yang seringkali terlalu negatif atau terlalu menyanjung.
Memandang Keluar dari Pusat
Salah satu pertanyaan yang muncul ketika kita mempertimbangkan bagaimana memenuhi potensi kita adalah ke mana mengkonsentrasikan upaya-upaya kita. Haruskah kita membangun kekuatan atau memperbaiki kelemahan?
Jawabannya perlu datang dari pemahaman diri: apakah kita benar-benar kikuk dalam berkomunikasi seperti yang kita rasakan? Apakah kita benar-benar memiliki bakat dan daya tahan untuk berlatih kembali dalam sebuah profesi baru?
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!