Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mindfulness: Menemukan Momen dengan Menyapu 1.000 Daun

11 September 2021   21:53 Diperbarui: 11 September 2021   22:02 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pekerjaan berulang apa pun, mulai dari mengecat dinding hingga mencuci piring, menawarkan sebuah kesempatan untuk mindfulness.

Ilustrasi. Sumber: Practical Mindfulness Book, hlm. 19.
Ilustrasi. Sumber: Practical Mindfulness Book, hlm. 19.

Menyapu daun memiliki nuansa Zen: membersihkan pola-pola ornamental dengan mengosongkan dedaunan yang disapu bersama pasir sangat penting di sebuah taman kuil Jepang. Cobalah menyapu daun sebagai pengenalan mindfulness dalam tindakan.

Perkataan yang terkenal dari penulis fiksi kriminal Inggris Agatha Christie adalah bahwa waktu terbaik untuk merencanakan penulisan sebuah buku adalah saat Anda sedang mencuci piring.

Sangat mudah untuk melihat dari mana asal perkataan ini. Kata "mindless" ("tanpa pikiran") mudah menempel pada tugas sehari-hari, jadi jika Anda bisa melepaskan diri dari tugas yang membosankan dan berulang dan melakukannya dengan sangat baik secara  autopilot, lalu mengapa tidak?

Anda akan membersihkan piring sekaligus memilah masalah-masalah yang membutuhkan perhatian sadar Anda.

Lalu mengapa Anda ingin membuat tugas tanpa pikiran menjadi mindful? Sudah cukup melelahkan menyapu halaman tanpa harus melewati setiap momen seolah-olah tugas itu berharga. Anda mungkin berkata, akan sangat berharga jika Anda tidak harus menghabiskan momen-momen dengan menyapu daun, dan Anda mencoba menikmati momen-momen itu.

Lagi dan Lagi
Pertanyaan-pertanyaan yang dimunculkan dari parodi pandangan populer yang kurang diketahui ini layak untuk ditanggapi dengan serius.

Menyapu dedaunan. Sumber: Practical Mindfulness Book, hlm. 18.
Menyapu dedaunan. Sumber: Practical Mindfulness Book, hlm. 18.

Apakah Anda benar-benar akan melewatkan sebuah pengalaman berharga jika Anda menyapu dedaunan sambil berpikir? Bukankah Anda akan menyelesaikan tugas yang membosankan itu dengan lebih baik dan lebih cepat dengan menanganinya secara langsung, tanpa mindfulness? Dan setelah Anda menyapu 1.000 daun, apakah menyapu beberapa ratus daun lagi benar-benar membuat pengalaman itu menjadi lebih kaya?

Siapa pun yang telah mengalami manfaat mindfulness harus bisa menjawab pertanyaan- pertanyaan ini tanpa kesulitan, karena intuisi mereka akan disesuaikan dengan cara mindfulness bekerja.

Pertama, mereka akan tahu bahwa mindfulness bukan penentu. Jika seseorang merencanakan sebuah menu atau pidato dalam pikirannya, tidak ada alasan sama sekali mengapa dia tidak harus membuat rencana itu sambil menyapu daun, terutama jika dia menemukan bahwa dia bisa berpikir lebih efektif dalam keadaan seperti itu.

Perasaan bersalah apa pun tentang pilihan ini tidak perlu. Mindfulness tidak memaksakan pilihan pada Anda seperti yang mungkin dilakukan oleh pikiran logis Anda yang menggerutu.

Pikiran dan Pengalihan Pikiran
Ada perbedaan besar di antara menggunakan waktu secara sadar untuk berpikir, dengan  pergi ke sana tanpa niat selain untuk menyelesaikan pekerjaan.

Orang-orang yang melakukan sebuah aktivitas rutin sering hanyut ke dalam pemikiran perencanaan, dan mendapati diri mereka mengulangi pemikiran yang sama yang tidak membantu, sampai pemikiran itu menjadi automatis seperti halnya menyapu.

Pikiran mereka juga cenderung tersesat ke dalam kekhawatiran yang tidak ada gunanya. Bagaimanapun, jika Anda mengalihkan pikiran Anda dari sebuah pekerjaan yang berulang, Anda cenderung melakukan pekerjaan itu lebih lambat dan kurang efisien.

Tidak ada orang yang akan berkonsentrasi 100 persen pada menyapu daun, tetapi jika Anda memilih untuk menyapu pada momen itu, dengan perhatian yang terarah, dan tanpa penilaian (tidak berpikir "Ini membosankan" atau "Saya berharap saya bisa meringkuk di dekat perapian"), maka Anda akan menciptakan sebuah tempat yang stabil bagi pikiran Anda untuk menetap.

Jika pikiran Anda mengembara, dan Anda mulai mengkhawatirkan sesuatu, cara yang mindful adalah dengan mengamati kekhawatiran itu tanpa tertarik ke dalamnya, dan kemudian dengan lembut, jika Anda mau, kembalikan fokus Anda ke menyapu daun.

Di akhir sesi, Anda akan menikmati manfaat ganda yang berbeda, menyelesaikan pekerjaan dan menghabiskan waktu penyembuhan ( ini penyembuhan, meskipun Anda belum mengetahuinya) di masa sekarang.

Membawa mindfulness ke sebuah tugas rutin memberi Anda kesempatan untuk hadir pada momen itu, dengan cara yang, seiring waktu, akan membantu menyeimbangkan kembali pikiran Anda. Dalam jangka panjang, mindfulness akan melakukan perubahan bertahap pada otak Anda.

Meditasi Taman
Pemikiran dan emosi akan merasuki pikiran Anda saat Anda menyapu. Pilih untuk mengamati tanpa membiarkan pemikiran dan emosi itu mengambil alih, sebelum Anda kembali menyapu.

Menyapu dedaunan secara mindful bukan hanya tentang mengetahui seperti apa sebenarnya dedaunan itu, atau menundukkan diri Anda pada sesi kesederhanaan mental yang pasti membuat pikiran Anda mengembara. Anda bisa belajar banyak dari jalan memutar-mutar yang tidak sah itu.

Kepustakaan
1. Anneley, Mike, A Thousand Leaves, Finding the Moment in Repetitive Chores, Practical Mindfulness Book, Future Publishing Limited, London, UK, hlm. 18-19.
2. Diary Johan Japardi.
3. Berbagai sumber daring.

Jonggol, 11 September 2021

Johan Japardi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun